Kamis, 08 September 2011

nia

Cinta Kasih Dalam Kesempurnaan Cinta

“Mencintai apa yang dicintai oleh kekasih adalah kesempurnaan cinta kepada sang kekasih”... (Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah) Dalam Islam, cinta seseorang haruslah berlandaskan kepengikutan (ittibaĆ¢) dan ketaatan. Sebagaimana firman-Nya, "Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu"(Qs.3:31-32). Salah satu cinta yang diajarkan Rasulullah SAW. diantaranya adalah, mencintai dan mengasihi sesama. Kecintaan ini, sebagaimana pernah dicontohkan beliau, tak pernah dibedakan antara Muslim dan non-Muslim. Bahkan, tidak dibenarkan jika kita tidak berbuat adil kepada suatu kaum misalnya, hanya karena benci kepada mereka (Qs.5:8). Ajaran cinta Islami yang mesti disemaikan bukanlah sebatas sesama Muslim. Tetapi justru sesama manusia dan sesama makhluk. Rasulullah SAW. bersabda, "Hakikat seorang Muslim adalah, mencintai Allah dan Rasul-nya, sesamanya, serta tetangganya, melebihi atau sebagaimana ia cinta kepada dirinya sendiri" (HR. Imam Bukhari). Kecintaan yang terekspresikan akan menjadi amal saleh buat pelakunya. Maka dari itu, kecintaan maupun kebaikan, meskipun baru tersirat dalam hati dan belum terlaksana, tetap akan mendapat pahala di sisi Allah. Sebaliknya, kebencian yang tersimpan dalam lubuk hati di samping sebuah kewajaran, juga tidak dicatat sebagai keburukan, hingga niatnya itu betul-betul dilakukan (al-Hadits). Mencintai Tuhan pada dasarnya adalah mencintai manusia, mari menyitir kisah seorang sufi, Abu Ben Adhim. Suatu malam, Abu Ben Adhim terbangun dari mimpinya yang indah. Dan ia lihat, di ruangan dalam cahaya terang rembulan, yang gemerlap ceria seperti bunga lili yang sedang merekah, seorang malaikat menulis pada kitab emas. Ketenteraman jiwa membuatnya berani berkata kepada sang Sosok di kamarnya, “Apa yang sedang kamu tulis?” Bayangan terang itu mengangkat kepalanya dan dengan pandangan yang lembut dan manis ia berkata, “Nama-nama mereka yang mencintai Tuhan.” “Adakah namaku di situ?” kata Abu. “Tidak. Tidak ada,” jawab malaikat. Abu berkata dengan suara lebih rendah, tapi tetap ceria, “Kalau begitu aku bermohon, tuliskan aku sebagai orang yang mencintai sesama manusia.” Malaikat menulis dan menghilang. Pada malam berikutnya ia datang lagi dengan cahaya yang menyilaukan dan memperlihatkan nama-nama yang diberkati cinta Tuhan. Aduhai! Nama Abu Ben Adhim diatas semua nama. Abu Ben Adhim mungkin lahir di negara yang sekarang ini disebut Afganistan. Ia tidak begitu dikenal dibandingkan dengan teman senegaranya, Jalaluddin Balkhi (alias Rumi). Tetapi, keduanya menekankan pentingnya kecintaan kepada Tuhan sebagai hakikat keberagamaan. Baik Abu Ben Adhim maupun Rumi percaya bahwa kita tidak bisa mencintai Tuhan tanpa mencintai sesama manusia. Mereka menegaskan kembali apa yang dikatakan Tuhan kepada hamba-Nya pada hari kebangkitan: pada hari kiamat, Tuhan memanggil hamba-hamba-Nya. Ia berkata kepada salah seorang di antara mereka, “Aku lapar, tapi kamu tidak memberi makan kepada-Ku.” Ia berkata kepada yang lainnya, “Aku haus, tapi kamu tidak memberiku minum.” Ia berkata kepada hamba-Nya yang lainnya lagi, “Aku sakit, tapi kamu tidak menjenguk-Ku.” Ketika hamba-hamba-Nya mempertanyakan semuanya ini, Ia menjawab, “Sungguh si fulan lapar; jika kamu memberi makan kepadanya, kamu akan menemukan Aku bersamanya. Si fulan sakit; jika kamu mengunjunginya, kamu akan menemukan Aku bersamanya. Si fulan haus; jika kamu memberinya minum, kamu akan menemukan Aku bersamanya.” (Ibn Arabi sering mengutip hadis ini dalam Al-Futuhat al-Makkiyah). Ketika seorang murid baru mengikuti tarekat, syaikh-nya akan mengajarinya untuk menjalankan tiga tahap latihan rohaniah selama tiga tahun. Ia baru diizinkan mengikuti Jalan Tasawuf, bila ia lulus melewatinya. Tahun pertama adalah latihan berkhidmat kepada sesama manusia. Tahun kedua beribadat kepada Tuhan, dan tahun ketiga mengawasi hatinya sendiri. Kita tidak bisa beribadat kepada Tuhan sebelum kita berkhidmat kepada sesama manusia. Menyembah Allah adalah berkhidmat kepada makhluk-Nya. Yang mo share n copas, silahkan aja tuk syiar Islam....

Rabu, 27 Juli 2011

Harmonis dengan canda

"Mas, itu ada tukang bakso lewat!" ujar seorang istri pada suaminya. "Stttt... biarkan Dik, dia kan sedang usaha. Jangan diganggu!"

Mendengar ucapan suaminya tentu saja sang istri merasa gemas lalu mengejar sang suami yang ingin dicubitnya. Si suami tentu saja senang berhasil mencandai istrinya. Meski agak dongkol sang istri pun tertawa-tawa cukup lama.

Apakah anda senang bercanda dengan pasangan Anda, atau apakah pasangan anda senang menajak bercanda? Kalau jawabannya jarang atau bahkan tidak, berhati-hatilah. Beberapa tes untuk mengukur sejauh mana keharmonisan suatu hubungan pernikahan senantiasa menjadikan "ada tidaknya canda" sebagai salah satu parameter. Kurangnya canda dan gurauan di antara suami istri bisa menunjukkan kurang harmonisnya kehidupan rumah tangga.

Setiap orang tentu menginginkan hubungan pernikahannya harmonis hingga akhir hayat. Namun tak setiap pasangan dapat mempertahankan keharmonisan rumah tangganya, bahkan banyak yang berakhir dengan perceraian. Alasan perceraian "sudah tidak ada kecocokan" sebenarnya berarti sudah hilangnya keharmonisan dalam rumah tangganya.

Banyak faktor yang mempengaruhi hilangnya keharmonisan diantara keduanya. Diantara faktor yang paling penting yaitu komunikasi. Jika komunikasi mengalami hambatan bisa mempengaruhi hubungan suami istri.

Suami istri perlu membiasakan suasana komunikasi yang akrab dalam keseharian bahkan dalam menentukan berbagai keputusan penting dalam rumah tangga. Suami dan istri harus saling menghargai pendapat masing-masing. Tak sepantasnya suami mendoktrin istri, atau bahkan meremehkan pendapatnya. Demikian juga sang istri sebaiknya tidak mendominasi pembicaraan. Suasana dialogis perlu dikembangkan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

Rasulullah adalah teladan baik sebagai seorang suami dalam menjalin komunikasi dengan keluarganya. Beliau tak segan mendengarkan pembicaraan istri tanpa memotong, menyela bahkan menghentikannya. Sebagai contoh, suatu malam Aisyah menuturkan kisah yang amat panjang tentang sebelas orang wanita di zaman jahiliyah yang menceritakan suami-suami mereka.

Diceritakannya satu persatu cerita dari para wanita itu dari mulai satu hingga ke sebelas. Selama Aisyah bercerita Rasululah menyimaknya dengan baik. Aisyah merasa bebas bercerita kepada Rasul Allah SAW tanpa khawatir dipotong dan diacuhkan oleh beliau. Bahkan Rasulullah terlihat betah mendengar cerita Aisyah yang panjang lebar itu. Setelah selesai barulah beliau memberi komentar secukupnya. Dari kisah itu kita bisa melihat suasana komunikasi dalam keluarga yang baik dan lancar.

Rasulullah adalah juga sosok suami yang sangat memperhatikan kebutuhan batiniah istrinya. Rasulullah senantiasa mengupayakan suasana yang menyenangkan dan selalu ingin menghibur perasaan istrinya. Aisyah yang terpaut usia sangat jauh tidak dipaksa melulu untukmengikuti pola dan irama hidup Rasulullah sebagai pemimpin umat. Ada saat-saat di mana Rasulullah mengkondisikan suatu suasana dan situasi demi menyenangkan perasaan Aisyah. Nabi mengundang beberapa anak gadis Anshar untuk bermain-main dengan Aisyah. Dibiarkannya Aisyah bemain memuaskan hatinya. Hubungan harmonis Rasulullah dengan Aisyah pun terlihat dari sikap masing-masing terhadap pasangannya.

Aisyah pernah menyaksikan orang-orang Habsyah yang sedang bermain pedang di mesjid sebagai bentuk latihan menghadapi peperangan. Sambil menonton Aisyah bersandar di pundak beliau. Selama itu beliau tidak beranjak sampai Aisyah sendiri yang menginginkan pergi. Demikian juga Rasulullah kerap menyandarkan kepala di pangkuan Aisyah sambil membaca Al Quran.

Rasulullah bahkan pernah berlomba lari dengan Aisyah. "Rasulullah berlomba denganku hingga aku dapat mendahuluinya, sampai ketika saya menjadi gemuk beliau berlomba dengan aku dan beliau mendahului aku. Lalu beliau tertawa dan berkata, "Kali ini untuk menebus yang dulu" (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Untuk menciptakan suasana harmonis Rasulullah gemar bercanda dengan istrinya. Meskipun beliau banyak mengalami kesedihan, beliau suka bergurau. Beliau menyertai istrinya dalam tertawa. Pada suatu kali, saat membuat roti, dua orang istri Nabi yaitu Aisyah dan Saudah bercanda saling melumurkan adonan tepung ke wajah, dan Rasul turut serta bergembira bersamanya (HR. Bukhari).

Rasulullah pun menganjurkan bergurau pada sahabatnya. Rasulullah pernah berkata kepada Hanzhalah ketika. Hanzhalah merasa sedih melihat perubahan sikapnya (keadaannya) sendiri yang berbeda ketika berada di rumah dan ketika bersama Rasulullah saw, sehingga ia menganggap dirinya munafik.

Maka Rasulullah bersabda, "Wahai Hanzhalah kalau kamu terus menerus dalam keadaan seperti ketika kamu bersamaku, niscaya kamu akan disalami oleh malaikat di jalan-jalanmu. Akan tetapi, wahai Hanzhalah, berguraulah sekedarnya."

Canda dan gurauan memang diperlukan dalam menjalin komunikasi yang akrab khususnya antara suami dan istri. Suasana tegang dan hubungan yang kaku dan hambar dapat dicairkan dengan gurau dan canda.

Menurut beberapa penelitian humor atau canda dapat menghindari stress dan timbulnya serangan jantung. Senyum dan tawa akan mengedurkan tegangnya urat syaraf. Persoalan rumah tangga yang kadang pelik dan rumit harus dihadapi dengan rileks. Pernikahan bukan sekadar kontrak sosial dimana suami istri terikat dengan peraturan dan hubungan kaku. Sebaiknya dibangun suatu relasi dan situasi yang yang nyaman dan menyenangkan di mana setiap pasangan dapat menikmati hari-harinya.

Dalam saling menasihati antara suami istri, canda dan humor juga sangat dibutuhkan. Menurut Abdullah Nashih Ulwan nasihat yang disertai humor dapat menggerakkan rasio, menghilangkan jemu dan menimbulkan daya tarik. Nasihat yang menggurui dan kritik yang tajam akan sangat berlainan dampaknya dibanding dengan nasihat dan kritik yang disampaikan dengan canda. Canda akan mengurangi resiko munculnya perasaan tersinggung. Canda memang dapat menciptakan suasana komunikasi yang kondusif dalam rumah tangga sehingga ikatan pernikahan senantiasa harmonis. Namun perlu diingat bahwa canda harus betul-betul diniatkan untuk menyenangkan perasaan pasangan, bukan untuk menyinggung perasaannya. Insisiatif meyenangkan hati pasangan ini jangan hanya muncul dari salah satu fihak, melainkan harus dari keduanya.

Istri maupun suami pun harus menghargai upaya pasangannya dalam menyenangkan hatinya sehingga ia akan merasa terpacu dan terpanggil untuk selalu menyenangkan hati pasangannya.

"Sesungguhnya hati itu bisa bosan sebagaimana badan pun bisa bosan (letih), karena itu carikanlah untuknya hiburan yang mengandung hikmah." (Ali karamallahhu wajhah).

Wallahu a'lam.

Jumat, 15 Juli 2011

Nishfu Sya’ban dan Sadranan

Oleh Hartono Ahmad Jaiz
Ų„ِŁ†ّ Ų§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆَ ِŁ„Ł„Ł‡ِ Ł†َŲ­ْŁ…َŲÆُŁ‡ُ ŁˆَŁ†َŲ³ْŲŖَŲ¹ِŁŠْŁ†ُŁ‡ُ ŁˆَŁ†َŲ³ْŲŖَŲŗْŁِŲ±ُŁ‡ُ ŁˆَŁ†َŲ¹ُŁˆْŲ°ُ ŲØِŲ§Ł„Ł„Ł‡ِ Ł…ِŁ†ْ Ų“ُŲ±ُŁˆْŲ±ِ Ų£َŁ†ْŁُŲ³ِŁ†َŲ§ ŁˆَŲ³َŁŠّŲ¦َŲ§ŲŖِ Ų£َŲ¹ْŁ…َŲ§Ł„ِŁ†َŲ§ Ł…َŁ†ْ ŁŠَŁ‡ْŲÆِŁ‡ِ Ų§Ł„Ł„Ł‡ُ ŁَŁ„Ų§َ Ł…ُŲ¶ِŁ„ّ Ł„َŁ‡ُ ŁˆَŁ…َŁ†ْ ŁŠُŲ¶ْŁ„ِŁ„ْ ŁَŁ„Ų§َ Ł‡َŲ§ŲÆِŁŠَ Ł„َŁ‡ُ
Ų£َŲ“ْŁ‡َŲÆُ Ų£َŁ†ْ Ł„Ų§َ Ų„ِŁ„Ł‡َ Ų„ِŁ„Ų§ّ Ų§Ł„Ł„Ł‡ُ ŁˆَŲ£َŲ“ْŁ‡َŲÆُ Ų£َŁ†ّ Ł…ُŲ­َŁ…ّŲÆًŲ§ Ų¹َŲØْŲÆُŁ‡ُ ŁˆَŲ±َŲ³ُŁˆْŁ„ُŁ‡ُ Ų§َŁ„Ł„Ł‡ُŁ…ّ ŲµَŁ„ّ ŁˆَŲ³َŁ„ّŁ…ْ Ų¹َŁ„Ł‰ Ł…ُŲ­َŁ…ّŲÆٍ ŁˆَŲ¹َŁ„Ł‰ Ų¢Ł„ِŁ‡ِ ŁˆِŲ£َŲµْŲ­َŲ§ŲØِŁ‡ِ ŁˆَŁ…َŁ†ْ ŲŖَŲØِŲ¹َŁ‡ُŁ…ْ ŲØِŲ„ِŲ­ْŲ³َŲ§Ł†ٍ Ų„ِŁ„َŁ‰ ŁŠَŁˆْŁ…ِ Ų§Ł„ŲÆّŁŠْŁ†.
ŁŠَŲ§Ų£َŁŠّŁ‡َŲ§ Ų§Ł„ّŲ°َŁŠْŁ†َ Ų¢Ł…َŁ†ُŁˆْŲ§ Ų§ŲŖّŁ‚ُŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡َ Ų­َŁ‚ّ ŲŖُŁ‚َŲ§ŲŖِŁ‡ِ ŁˆَŁ„Ų§َ ŲŖَŁ…ُŁˆْŲŖُŁ†ّ Ų„ِŁ„Ų§ّ ŁˆَŲ£َŁ†ْŲŖُŁ…ْ Ł…ُŲ³ْŁ„ِŁ…ُŁˆْŁ†َ
ŁŠَŲ§Ų£َŁŠّŁ‡َŲ§ Ų§Ł„Ł†َŲ§Ų³ُ Ų§ŲŖّŁ‚ُŁˆْŲ§ Ų±َŲØّŁƒُŁ…ُ Ų§Ł„ّŲ°ِŁŠ Ų®َŁ„َŁ‚َŁƒُŁ…ْ Ł…ِŁ†ْ Ł†َŁْŲ³ٍ ŁˆَŲ§Ų­ِŲÆَŲ©ٍ ŁˆَŲ®َŁ„َŁ‚َ Ł…ِŁ†ْŁ‡َŲ§ Ų²َŁˆْŲ¬َŁ‡َŲ§ ŁˆَŲØَŲ«ّ Ł…ِŁ†ْŁ‡ُŁ…َŲ§ Ų±ِŲ¬َŲ§Ł„Ų§ً ŁƒَŲ«ِŁŠْŲ±ًŲ§ ŁˆَŁ†ِŲ³َŲ§Ų”ً ŁˆَŲ§ŲŖّŁ‚ُŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡َ Ų§Ł„َŲ°ِŁŠ ŲŖَŲ³َŲ§Ų”َŁ„ُŁˆْŁ†َ ŲØِŁ‡ِ ŁˆَŲ§ْŁ„Ų£َŲ±ْŲ­َŲ§Ł… َ Ų„ِŁ†ّ Ų§Ł„Ł„Ł‡َ ŁƒَŲ§Ł†َ Ų¹َŁ„َŁŠْŁƒُŁ…ْ Ų±َŁ‚ِŁŠْŲØًŲ§
ŁŠَŲ§Ų£َŁŠّŁ‡َŲ§ Ų§Ł„ّŲ°ِŁŠْŁ†َ Ų¢Ł…َŁ†ُŁˆْŲ§ Ų§ŲŖّŁ‚ُŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡َ ŁˆَŁ‚ُŁˆْŁ„ُŁˆْŲ§ Ł‚َŁˆْŁ„Ų§ً Ų³َŲÆِŁŠْŲÆًŲ§ ŁŠُŲµْŁ„ِŲ­ْ Ł„َŁƒُŁ…ْ Ų£َŲ¹ْŁ…َŲ§Ł„َŁƒُŁ…ْ ŁˆَŁŠَŲŗْŁِŲ±ْŁ„َŁƒُŁ…ْ Ų°ُŁ†ُŁˆْŲØَŁƒُŁ…ْ ŁˆَŁ…َŁ†ْ ŁŠُŲ·ِŲ¹ِ Ų§Ł„Ł„Ł‡َ ŁˆَŲ±َŲ³ُŁˆْŁ„َŁ‡ُ ŁَŁ‚َŲÆْ ŁَŲ§Ų²َ ŁَŁˆْŲ²ًŲ§ Ų¹َŲøِŁŠْŁ…ًŲ§،
Ų£َŁ…ّŲ§ ŲØَŲ¹ْŲÆُ ŁَŲ£ِŁ†ّ Ų£َŲµْŲÆَŁ‚َ Ų§Ł„ْŲ­َŲÆِŁŠْŲ«ِ ŁƒِŲŖَŲ§ŲØُ Ų§Ł„Ł„Ł‡ِ، ŁˆَŲ®َŁŠْŲ±َ Ų§Ł„ْŁ‡َŲÆْŁ‰ِ Ł‡َŲÆْŁ‰ُ Ł…ُŲ­َŁ…ّŲÆٍ ŲµَŁ„ّŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِ ŁˆَŲ³َŁ„ّŁ…َ، ŁˆَŲ“َŲ±ّ Ų§ْŁ„Ų£ُŁ…ُŁˆْŲ±ِ Ł…ُŲ­ْŲÆَŲ«َŲ§ŲŖُŁ‡َŲ§، ŁˆَŁƒُŁ„ّ Ł…ُŲ­ْŲÆَŲ«َŲ©ٍ ŲØِŲÆْŲ¹َŲ©ٌ ŁˆَŁƒُŁ„ّ ŲØِŲÆْŲ¹َŲ©ٍ Ų¶َŁ„Ų§َŁ„َŲ©ً، ŁˆَŁƒُŁ„ّ Ų¶َŁ„Ų§َŁ„َŲ©ِ ŁِŁŠ Ų§Ł„Ł†ّŲ§Ų±ِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Kita hadir di masjid untuk shalat Jum’at ini tentunya ada semangat kebaikan dalam jiwa kita. Semangat mengerjakan kebaikan atau ibadah adalah merupakan anugerah Allah. Seandainya tanpa dianugerahi semangat, maka tentunya tidak ada semangat untuk kebaikan itu. Sehingga kalimat « Ł„Ų§َ Ų­َŁˆْŁ„َ ŁˆَŁ„Ų§َ Ł‚ُŁˆَّŲ©َ Ų„ِŁ„Ų§َّ ŲØِŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ِ » dalam hadits Bukhari dan Muslim dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kanzul jannah (simpanan surga). Karena maknanya adalah kepasrahan dan penyerahan diri kepada Allah, bahwa tidak ada daya untuk menolak keburukan dan tidak ada kekuatan untuk mencapai kebaikan kecuali karena Allah.
Setelah kita mengakui bahwa adanya semangat untuk melakukan kebaikan itu benar-benar dari Allah Ta’ala, maka kita pun wajib mensyukurinya. Di antara menysukurinya adalah menggunakan semangat kebaikan itu sesuai dengan ukuran yang datangnya dari Allah Ta’ala yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga akan tepat penggunaan semangat itu sesuai dengan aturan Allah Taala dan Rasul-Nya. Bila tidak, maka yang terjadi adalah semangat kebaikan itu menghasilkan perbuatan yang kurang pas. Boleh jadi kurang afdhol, tidak utama, dan sebaliknya boleh jadi justru menyimpang, namun dianggap baik oleh pelakunya.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah. Dalam hadits
Ų¹َŁ†ْ Ų£َŲØِŁ‰ ŲØَŁƒْŲ±َŲ©َ Ų£َŁ†َّŁ‡ُ Ų§Ł†ْŲŖَŁ‡َŁ‰ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„Ł†َّŲØِŁ‰ِّ - ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… - ŁˆَŁ‡ْŁˆَ Ų±َŲ§ŁƒِŲ¹ٌ ، ŁَŲ±َŁƒَŲ¹َ Ł‚َŲØْŁ„َ Ų£َŁ†ْ ŁŠَŲµِŁ„َ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„ŲµَّŁِّ ، ŁَŲ°َŁƒَŲ±َ Ų°َŁ„ِŁƒَ Ł„ِŁ„Ł†َّŲØِŁ‰ِّ - ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… - ŁَŁ‚َŲ§Ł„َ « Ų²َŲ§ŲÆَŁƒَ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų­ِŲ±ْŲµًŲ§ ŁˆَŁ„Ų§َ ŲŖَŲ¹ُŲÆْ »
Dari Abu Bakrah bahwa dia (masuk masjid) hingga sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang beliau lagi ruku’ maka dia (Abu Bakrah) ruku’ sebelum sampai ke shaf, maka dia (setelah shalat) menyebutkan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: Semoga Allah menambahimu semangat (untuk kebaikan) dan jangan kamu ulangi. (HR Al-Bukhari).
At-Thahawi berkata, sabdanya, walaa ta’ud (jangan kamu ulangi) bagi kami mengandung dua makna. Jangan kamu ulangi untuk ruku’ di belakang shaf sehingga kamu berdiri dalam shaf. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu Ta’ala ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila salah seorang kalian mendatangi shalat maka janganlah ia ruku’ sebelum sampai di shaf sehingga ia menempati shaf. Dan mengandung makna, jangan kamu ulangi untuk jalan cepat-cepat ke shaf dengan jalan cepat yang kamu didorong oleh nafsu di dalamnya. Sebagimana hadits yang datang dari Abu Hurairah radhiyallahu Ta’ala ‘anhu dari Rasulullah, beliau bersabda: Apabila didirikan shalat maka kalian jangan mendatanginya sedangkan kalian berjalan cepat-cepat dan datangilah shalat itu sedang kalian berjalan (biasa saja). Dan hendaklah kamu tenang, maka apa yang kalian jumpai maka shalatlah, dan apa yang luput dari kalian maka sempurnakanlah. (“Umdatul Qari Syarah Shahih Al-Bukhari juz 9 halaman 240).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Ternyata, sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni Abu Bakrah yang telah bersemangat untuk kebaikan itu masih didoakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk Allah tambahi semangat (untuk kebaikan), dan sekaligus dinasihati, agar tidak mengulangi. Yang maknanya adalah sesuatu yang kurang afdhal (walau) sah pun jangan diulangi, apalagi kalau itu berupa penyimpangan atau pelanggaran yang besar. Dari sinilah perlunya kita sadari, semangat saja, walau semangat itu tinggi dalam hal kebaikan, tidak cukup. Masih perlu diterapkan pada aturan yang sesuai dan tepat.
Perlu diketahui, dalam hal ibadah itu sifatnya adalah tauqifi, yakni berhenti di atas dalil (ayat dan hadits yang sah). Tidak bisa kita sebagai muslim yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini melakukan ibadah yang tidak ada dalilnya yang sah. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tegaskan:
« Ł…َŁ†ْ Ų¹َŁ…ِŁ„َ Ų¹َŁ…َŁ„Ų§ً Ł„َŁŠْŲ³َ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِ Ų£َŁ…ْŲ±ُŁ†َŲ§ ، ŁَŁ‡ْŁˆَ Ų±َŲÆٌّ » .
Siapa yang mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang tidak berdasarkan atas perintah kami maka dia tertolak. (HR Al-Bukhari dan Muslim) .
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Dengan adanya aturan yang seperti itu, maka semestinya kita berhati-hati dalam beramal. Yakni perlu dilandasi ilmu, yaitu ada atau tidakkah dalilnya yang sah. Walau tidak hafal bunyi lafal dalilnya, yang terpenting sudah mengerti bahwa amal kita itu ada dalilnya yang sah.
Setelah kita tahu bahwa yang akan kita amalkan itu ada dalilnya yang sah, maka masih perlu pula mengetahui, benar atau tidak pemahamannya terhadap dalil itu. Walau tidak dituntut hafal lafal tentang pemahaman yang benar mengenai dalil itu. Karena tanpa benar pemahamannya, boleh jadi akan jauh dari kebenaran, dan masih atas nama dalil yang sah itu.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Di sinilah pentingnya kita Ummat Islam ini menuntut ilmu terutama mengenai kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan yang menyangkut kehidupan kita di dunia ini. Tanpa menuntut ilmu, dan hanya mengikuti orang banyak, maka telah diancam oleh Allah Ta’ala:
ŁˆَŲ„ِŁ†ْ ŲŖُŲ·ِŲ¹ْ Ų£َŁƒْŲ«َŲ±َ Ł…َŁ†ْ ŁِŁŠ Ų§Ł„ْŲ£َŲ±ْŲ¶ِ ŁŠُŲ¶ِŁ„ُّŁˆŁƒَ Ų¹َŁ†ْ Ų³َŲØِŁŠŁ„ِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ų„ِŁ†ْ ŁŠَŲŖَّŲØِŲ¹ُŁˆŁ†َ Ų„ِŁ„َّŲ§ Ų§Ł„ŲøَّŁ†َّ ŁˆَŲ„ِŁ†ْ Ł‡ُŁ…ْ Ų„ِŁ„َّŲ§ ŁŠَŲ®ْŲ±ُŲµُŁˆŁ†َ [Ų§Ł„Ų£Ł†Ų¹Ų§Ł…/116]
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS Al-An’am: 116).
Lebih dari itu, kalau tidak mau mendengarkan apa-apa yang dibawa oleh rasul maka penyesalan sangat dahsyat di akherat:
ŁˆَŁ‚َŲ§Ł„ُŁˆŲ§ Ł„َŁˆْ ŁƒُŁ†َّŲ§ Ł†َŲ³ْŁ…َŲ¹ُ Ų£َŁˆْ Ł†َŲ¹ْŁ‚ِŁ„ُ Ł…َŲ§ ŁƒُŁ†َّŲ§ ŁِŁŠ Ų£َŲµْŲ­َŲ§ŲØِ Ų§Ł„Ų³َّŲ¹ِŁŠŲ±ِ (10) ŁَŲ§Ų¹ْŲŖَŲ±َŁُŁˆŲ§ ŲØِŲ°َŁ†ْŲØِŁ‡ِŁ…ْ ŁَŲ³ُŲ­ْŁ‚ًŲ§ Ł„ِŲ£َŲµْŲ­َŲ§ŲØِ Ų§Ł„Ų³َّŲ¹ِŁŠŲ±ِ [Ų§Ł„Ł…Ł„Łƒ/6-11]
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala."
Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS Al-Mulk/ 67:10-11).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Apa yang dilakukan oleh banyak orang, dan tampaknya islami, bahkan sering dihiasi dalil, dapat kita temui. Misalnya amaliah dikaitkan dengan apa yang mereka sebut nishfu sya’ban atau pertengahan bulan sya’ban. Demikian pula adanya gejala ramai-ramai ke kuburan di mana-mana di bulan Sya’ban atau menjelang Puasa Ramadhan. Ziarah kubur tiba-tiba banyak dilakukan orang menjelang ramadhan, di Jawa disebut sadranan atau nyadran.
Ziarah kubur itu sendiri adalah sunnah, bila sesuai dengan tata aturan syari’at Islam. Di antaranya tidak menentukan waktu-waktu tertentu diulang pada waktu tertentu. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
...ŁˆَŁ„َŲ§ ŲŖَŲ¬ْŲ¹َŁ„ُŁˆŲ§ Ł‚َŲØْŲ±ِŁŠ Ų¹ِŁŠŲÆًŲ§. (Ų±ŁˆŲ§Ł‡ Ų£َŲØُŁˆ ŲÆŲ§ŁˆŲÆ ŲØŲ„Ų³Ł†Ų§ŲÆٍ ŲµŲ­ŁŠŲ­) .
“… dan jangan kalian jadikan kuburanku sebagai 'id (hari raya, yakni tempat yang selalu dikunjungi dan didatangi secara berulang pada waktu dan saat tertentu)…." (HR Abu Dawud – 1746 dengan sanad shahih).
Kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak boleh dijadikan sebagai 'id (hari raya, yakni tempat yang selalu dikunjungi dan didatangi secara berulang pada waktu dan saat tertentu), maka mestinya kubur siapapun tidak boleh juga. Kalau sekadar diziarahi dan sesuai syari’at Islam, tentu tidak apa-apa. Bahkan bila benar-benar sesuai dengan syari’at Islam pelaksanaan ziarah kuburnya, justru sunnah dan mengandung hikmah di antaranya untuk mengingat akherat. Namun ketika kebanyakan orang berziarah kubur itu setiap menjelang Puasa Ramadhan, maka perlu dilihat lagi hadits tersebut. Dan tampaknya apa yang dilakukan ramai-ramai banyak orang itu tidak cocok.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, ketika dicocokkan dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak cocok, maka perlu dicari sebenarnya dari mana asalnya kebiasaan tiap tahun itu, dan dianggapnya dari Islam itu?
Doktor filsafat lulusan Universitas Gadjah Mada yang kini menjadi pengajar di Universitas Negeri Yogyakarta, Purwadi, mengatakan, tradisi ziarah makam sudah sangat mengakar pada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa.
Ziarah ke makam wali, kata Purwadi, merupakan kepanjangan dari tradisi hinduisme bernama upacara srada. Tradisi ini sudah ada pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, raja yang memerintah Majapahit sekitar pertengahan abad ke-14.
Srada adalah upacara untuk memuliakan leluhur yang sudah meninggal. Dari kata srada itulah, masyarakat Jawa mengenal nyadran, yaitu kegiatan menziarahi makam leluhur. Biasanya nyadran ini dilakukan mendekati bulan puasa. Jadi, ziarah makam ini adalah bentuk akulturasi budaya Hindu dan Islam. (kompas cetak, Selasa, 18 Agustus 2009 | 12:00 WIB, dikutip Hartono Ahmad Jaiz dalam buku Kuburan-kuburan Keramat di Nusantara, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2011, halaman 280-281).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Dari segi lafalnya, ziarah kubur adalah dari Islam. Sedang sadranan atau nyadran dari lafal sadra yang maksudnya upacara Hindu untuk memuliakan leluhur yang sudah meninggal, berasal dari upacara Agama Hindu setiap menjelang puasa. Itu satu sisi.
Dari sisi tidak bolehnya kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijadikan ‘ied, tempat yang dikunjungi dengan acara tertentu dan secara berulang pada waktu tertentu, mestinya Ummat Islam lebih mentaati Nabinya daripada ibadahnya orang kafir musyrik lalu dibungkus seolah islami. Kenapa demikian? Karena Allah Ta’ala telah menegaskan:

ŁˆَŁ…َŲ§ ŁƒَŲ§Ł†َ Ł„ِŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ٍ ŁˆَŁ„َŲ§ Ł…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†َŲ©ٍ Ų„ِŲ°َŲ§ Ł‚َŲ¶َŁ‰ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ŁˆَŲ±َŲ³ُŁˆŁ„ُŁ‡ُ Ų£َŁ…ْŲ±ًŲ§ Ų£َŁ†ْ ŁŠَŁƒُŁˆŁ†َ Ł„َŁ‡ُŁ…ُ Ų§Ł„ْŲ®ِŁŠَŲ±َŲ©ُ Ł…ِŁ†ْ Ų£َŁ…ْŲ±ِŁ‡ِŁ…ْ ŁˆَŁ…َŁ†ْ ŁŠَŲ¹ْŲµِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡َ ŁˆَŲ±َŲ³ُŁˆŁ„َŁ‡ُ ŁَŁ‚َŲÆْ Ų¶َŁ„َّ Ų¶َŁ„َŲ§Ł„ًŲ§ Ł…ُŲØِŁŠŁ†ًŲ§ [Ų§Ł„Ų£Ų­Ų²Ų§ŲØ/36]
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS Al-Ahzab/ 33: 36).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Ketegasan Allah Ta’ala sedemikian jelas. Sehingga kita tidak dibolehkan ada pilihan lain-lain lagi di luar keputusan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam hal pelaksanaan dalil pun kita merujuk pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabatnya. Sehingga dalam apa yang disebut acara-acara nishfu sya’ban perlu merujukkan pula pemahaman dalil yang dipakai orang sekarang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Kenapa mereka menganggap lailah Nishfi Sya’ban (malam Nishfu Sya’ban) sesuatu yang istimewa adalah karena salah pemahaman dari ayat pertama surat Ad Dukhan. Juga karena berpegang pada hadits palsu.
Adapun ayat surat Ad-Dukhan
Ų„ِŁ†َّŲ§ Ų£َŁ†ْŲ²َŁ„ْŁ†َŲ§Ł‡ُ ŁِŁŠ Ł„َŁŠْŁ„َŲ©ٍ Ł…ُŲØَŲ§Ų±َŁƒَŲ©ٍ Ų„ِŁ†َّŲ§ ŁƒُŁ†َّŲ§ Ł…ُŁ†ْŲ°ِŲ±ِŁŠŁ†َ(3)ŁِŁŠŁ‡َŲ§ ŁŠُŁْŲ±َŁ‚ُ ŁƒُŁ„ُّ Ų£َŁ…ْŲ±ٍ Ų­َŁƒِŁŠŁ…ٍ(4)Ų£َŁ…ْŲ±ًŲ§ Ł…ِŁ†ْ Ų¹ِŁ†ْŲÆِŁ†َŲ§ Ų„ِŁ†َّŲ§ ŁƒُŁ†َّŲ§ Ł…ُŲ±ْŲ³ِŁ„ِŁŠŁ†َ(5)Ų±َŲ­ْŁ…َŲ©ً Ł…ِŁ†ْ Ų±َŲØِّŁƒَ Ų„ِŁ†َّŁ‡ُ Ł‡ُŁˆَ Ų§Ł„Ų³َّŁ…ِŁŠŲ¹ُ Ų§Ł„ْŲ¹َŁ„ِŁŠŁ…ُ(6)
Artinya : Sesungguhnya kami menurukan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami dalah yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu, sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ad Dukhan : 3-6)
Mereka beranggapan bahwa Lailah Mubarakah (malam yang penuh berkah) itu adalah malam Nishfu sya’ban, sehingga mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Dan anggapan seperti itu sangat salah sekali, bertentangan dengan konteks ayat dan juga bertentangan dengan ayat-ayat lain. Yang benar menurut konteks ayat dan sesuai dengan ayat-ayat lain adalah bahwa Lailah Mubarakah itu adalah Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.
Ayat-ayat itu adalah salah satu dari tiga ayat yang berbicara tentang turunnya Al-Qur’an juga tentang waktunya. Adapun ayat yang kedua adalah :
Ų„ِŁ†َّŲ§ Ų£َŁ†ْŲ²َŁ„ْŁ†َŲ§Ł‡ُ ŁِŁŠ Ł„َŁŠْŁ„َŲ©ِ Ų§Ł„ْŁ‚َŲÆْŲ±ِ(1)
Artinya : Sesungguhnya kami menurunkan Al Qur’an dimalam (Lailatul qodar) (Surat Al Qadr : 1)
Dan ayat ketiga menjelaskan bahwa itu di bulan Ramadhan :
Ų“َŁ‡ْŲ±ُ Ų±َŁ…َŲ¶َŲ§Ł†َ Ų§Ł„َّŲ°ِŁŠ Ų£ُŁ†ْŲ²ِŁ„َ ŁِŁŠŁ‡ِ Ų§Ł„ْŁ‚ُŲ±ْŲ”َŲ§Ł†ُ
Artinya : (Adalah) bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan permulaan Al Qur’an (Al Baqarah : 185)
Jadi Lailah Mubarakah itu adalah Lailatul Qadr yang ada di bulan RamadhanŁˆ malam itu disebut malam yang penuh berkah (Lailah Mubarakah) sebagaimana kitab suci Al Qur’an dinamai atau disifati Kitab yang diberkahi (Mubarak).
ŁˆَŁ‡َŲ°َŲ§ ŁƒِŲŖَŲ§ŲØٌ Ų£َŁ†ْŲ²َŁ„ْŁ†َŲ§Ł‡ُ Ł…ُŲØَŲ§Ų±َŁƒٌ
Artinya: Dan ini (Al-Qur’an) adalah kitab yang telah kami turunkan yang di berkahi (Al-An’am: 92)
Jadi bukan pada tempatnya menjadikan ayat itu sebagai dalil untuk mengkhususkan malam Nifsu Sya’ban dengan ibadah tertentu.
Ibnu Katsir berkata: Dan orang yang mengatakan bahwa itu adalah malam Nifsu Sya’ban sungguh telah terlalu jauh (menyimpang dari kebenaran)( Tafsir Ibnu Katsir 4/167)
Dan Adapun Hadits yang mereka jadikan dalil adalah:
Ų„ِŲ°َŲ§ŁƒَŲ§Ł†َŲŖْ Ł„َŁŠْŁ„َŲ©ُ Ų§Ł„Ł†ِّŲµْŁِ Ł…ِŁ†ْ Ų“َŲ¹ْŲØَŲ§Ł†َ ŁَŁ‚ُŁˆْŁ…ُŁˆْŲ§ Ł„َŁŠْŁ„َŁ‡َŲ§ ŁˆَŲµُŁˆْŁ…ُŁˆْŲ§ Ł†َŁ‡َŲ§Ų±َŁ‡َŲ§……..
Jika ada malam nishfu Sya’ban (pertengahan Sya’ban) maka sholatlah pada malamnya dan berpuasalah siangnya…
Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu) diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Abdur Razzaq dari Abu Bakar Ibnu Abdillah Ibnu Abi Sabrah. Ibnu Main dan Imam Ahmad mengatakan: Dia (Abu Bakar) suka membuat ‘Hadits Palsu. An Na’sai mengatakan dia itu ‘Matruk’. (lihat ta’liq Al-Itisham oleh Rasyid Ridha 1/39)
Jadi jelas sekali apa yang dilakukan sebagian kaum muslimin di malam Nishfu Sya’ban adalah Bid’ah Munkarah (sesuatu yang diada-adakan secara baru lagi buruk) yang tak punya dasar.
Imam Asy Syathiby Al Andalusiy mengatakan, “Dan diantara hal yang bid’ah adalah rutin melakukan ibadah tertentu di waktu tertentu yang tidak pernah ada penentuan (waktu atau macam)nya dari syari’ah seperti (mengkhususkan) puasa di pertengahan bulan Sya’ban dan beribadah di malamnya. (Al ‘Itisham 1/39)
Syaikh Mahmud Syaltut, mengatakan : Adapun khusus malam Nishfu Sya’ban dan kumpul-kumpul untuk menghidupkannya dan mengadakan shalat khusus di malam itu serta berdo’a dengan do’a (khusus), semuanya tidak . Dan tak pernah dikatakan (danrbersumber sedikitpun dari Nabi  dikenal) oleh seorangpun di masa-masa awal (Islam) (Al Fatawa 191)
 adalah banyak berpuasa di bulan Sya’banrYang ada dari Rasulullah  itu untuk mempersiapkan diri menghadapi Ramadhan tanpa membedakan hari-hari tertentu. (Disusun oleh Ustadz Abu Sulaiman, Imam Masjid di sebuah Yayasan di Jakarta tahun 1420H).
Dalam Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah dijelaskan:
ŁˆَŲØَŁŠَّŁ†َ Ų§Ł„ْŲŗَŲ²َŲ§Ł„ِŁŠُّ ŁِŁŠ Ų§Ł„ْŲ„ِŲ­ْŁŠَŲ§Ų”ِ ŁƒَŁŠْŁِŁŠَّŲ©ً Ų®َŲ§ŲµَّŲ©ً Ł„ِŲ„ِŲ­ْŁŠَŲ§Ų¦ِŁ‡َŲ§ , ŁˆَŁ‚َŲÆْ Ų£َŁ†ْŁƒَŲ±َ Ų§Ł„Ų“َّŲ§ŁِŲ¹ِŁŠَّŲ©ُ ŲŖِŁ„ْŁƒَ Ų§Ł„ْŁƒَŁŠْŁِŁŠَّŲ©َ ŁˆَŲ§Ų¹ْŲŖَŲØَŲ±ُŁˆŁ‡َŲ§ ŲØِŲÆْŲ¹َŲ©ً Ł‚َŲØِŁŠŲ­َŲ©ً , ŁˆَŁ‚َŲ§Ł„َ Ų§Ł„Ų«َّŁˆْŲ±ِŁŠُّ Ł‡َŲ°ِŁ‡ِ Ų§Ł„ŲµَّŁ„َŲ§Ų©ُ ŲØِŲÆْŲ¹َŲ©ٌ Ł…َŁˆْŲ¶ُŁˆŲ¹َŲ©ٌ Ł‚َŲØِŁŠŲ­َŲ©ٌ Ł…ُŁ†ْŁƒَŲ±َŲ©ٌ .
Al-Ghazali menjelaskan dalam Kitab Al-Ihya’ (Ihya’ ‘Ulumid Dien) cara khusus untuk menghidupkan (nishfu Sya’ban). Tetapi sungguh As-Syafi’iyah (para pengikut madzhab Imam As-Syafi’i) mengingkari tatacara itu, dan mereka menyatakannya sebagai bid’ah qobihah (yang buruk). Dan Ats-Tsauri berkata, sholat (nishfu Sya’ban) ini adalah bid’ah maudhu’ah qobihah munkaroh (bid’ah bikinan yang buruk lagi munkar). (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, Wazarotul Auqof Was-syu’unil Islamiyyah Kuwait, 34 juz, juz 2, halaman 235-236, dikutip Hartono Ahmad Jaiz dalam buku Islam dan Al-Qur’an Pun Diserang, Pustaka Nahi Munkar, Jakarta- Surabaya, 1430H/ 2009).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Demikianlah pentingnya Ummat Islam ini mengetahui duduk soal apa-apa yang dikerjakan atas nama ibadah. Para ulama sudah menunjuki hal-hal yang perlu dihindarkan walau dilakukan banyak orang. Petunjuknya itu dilandasi pula dengan merujuk kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila para ulama yang shalih telah menunjuki sesuai yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang kita lebih memilih untuk mengikuti banyak orang, itu dari berbagai segi dan dalil-dalil di atas ternyata sikap kita ini keliru. Setelah ternyata keliru, lantas bagaimana?
Perlu kita sadari bahwa Ummat Islam ini tetap diberi jalan baik apabila mengakui kekeliruannya, meninggalkannya, dan bertaubat. Dalam hadits dijelaskan,

Ų¹َŁ†ْ Ų£َŁ†َŲ³ٍ Ų±َŲ¶ِŁŠَ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų¹َŁ†ْŁ‡ُ Ł‚َŲ§Ł„َ : Ł‚َŲ§Ł„َ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŲµَŁ„َّŁ‰ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِ ŁˆَŲ³َŁ„َّŁ…َ : { ŁƒُŁ„ُّ Ų§ŲØْŁ†ِ Ų¢ŲÆَŁ…َ Ų®َŲ·َّŲ§Ų”ٌ ، ŁˆَŲ®َŁŠْŲ±ُ Ų§Ł„ْŲ®َŲ·َّŲ§Ų¦ِŁŠŁ†َ Ų§Ł„ŲŖَّŁˆَّŲ§ŲØُŁˆŁ†َ } Ų£َŲ®ْŲ±َŲ¬َŁ‡ُ Ų§Ł„ŲŖِّŲ±ْŁ…ِŲ°ِŁŠُّ ŁˆَŲ§ŲØْŁ†ُ Ł…َŲ§Ų¬َŁ‡ْ ، ŁˆَŲ³َŁ†َŲÆُŁ‡ُ Ł‚َŁˆِŁŠٌّ
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Setiap bani Adam (manusia) itu banyak salah, dan sebaik-baik orang yang banyak salah adalah orang-orang yang banyak bertaubat. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, sanadnya kuat menurut Kitab Subulus Salam).
Semoga kita termasuk orang-orang yang mau mengakui ketika bersalah atau keliru, dan termasuk hamba-hamba Allah yang banyak bertaubat atas kesalahan-kesalahan. Dan semoga dijauhkan dari sikap yang sombong, yakni tidak mau menerima kebenaran dan meremehkan manusia. Amien ya Rabbal ‘alamien.
ŲØَŲ§Ų±َŁƒَ Ų§Ł„Ł„Ł‡ُ Ł„ِŁŠْ ŁˆَŁ„َŁƒُŁ…ْ ŁِŁŠ Ų§Ł„ْŁ‚ُŲ±ْŲ¢Ł†ِ Ų§Ł„ْŲ¹َŲøِŁŠْŁ…ِ، ŁˆَŁ†َŁَŲ¹َŁ†ِŁŠْ ŁˆَŲ„ِŁŠَّŲ§ŁƒُŁ…ْ ŲØِŁ…َŲ§ ŁِŁŠْŁ‡ِ Ł…ِŁ†َ Ų§ْŁ„Ų¢ŁŠَŲ§ŲŖِ ŁˆَŲ§Ł„Ų°ِّŁƒْŲ±ِ Ų§Ł„ْŲ­َŁƒِŁŠْŁ…ِ. Ų£َŁ‚ُŁˆْŁ„ُ Ł‚َŁˆْŁ„ِŁŠْ Ł‡َŲ°َŲ§ ŁˆَŲ£َŲ³ْŲŖَŲŗْŁِŲ±ُ Ų§Ł„Ł„Ł‡َ Ų§Ł„ْŲ¹َŲøِŁŠْŁ…َ Ł„ِŁŠْ ŁˆَŁ„َŁƒُŁ…ْ ŁˆَŁ„ِŲ³َŲ§Ų¦ِŲ±ِ Ų§Ł„ْŁ…ُŲ³ْŁ„ِŁ…ِŁŠْŁ†َ ŁˆَŲ§Ł„ْŁ…ُŲ³ْŁ„ِŁ…َŲ§ŲŖِ ŁَŲ§Ų³ْŲŖَŲŗْŁِŲ±ُŁˆْŁ‡ُ Ų„ِŁ†ّŁ‡ُ Ł‡ُŁˆَ Ų§Ł„ْŲŗَŁُŁˆْŲ±ُ Ų§Ł„Ų±ّŲ­ِŁŠْŁ…ِ .
Khutbah Kedua:

Ų„ِŁ†َّ Ų§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆَ Ł„ِŁ„َّŁ‡ِ Ł†َŲ­ْŁ…َŲÆُŁ‡ُ ŁˆَŁ†َŲ³ْŲŖَŲ¹ِŁŠْŁ†ُŁ‡ُ ŁˆَŁ†َŲ³ْŲŖَŲŗْŁِŲ±ُŁ‡ْ ŁˆَŁ†َŲ¹ُŁˆŲ°ُ ŲØِŲ§Ł„Ł„Ł‡ِ Ł…ِŁ†ْ Ų“ُŲ±ُŁˆْŲ±ِ Ų£َŁ†ْŁُŲ³ِŁ†َŲ§ ŁˆَŁ…ِŁ†ْ Ų³َŁŠِّŲ¦َŲ§ŲŖِ Ų£َŲ¹ْŁ…َŲ§Ł„ِŁ†َŲ§، Ł…َŁ†ْ ŁŠَŁ‡ْŲÆِŁ‡ِ Ų§Ł„Ł„Ł‡ُ ŁَŁ„Ų§َ Ł…ُŲ¶ِŁ„َّ Ł„َŁ‡ُ ŁˆَŁ…َŁ†ْ ŁŠُŲ¶ْŁ„ِŁ„ْ ŁَŁ„Ų§َ Ł‡َŲ§ŲÆِŁŠَ Ł„َŁ‡ُ.
ŁˆَŲ£َŲ“ْŁ‡َŲÆُ Ų£َŁ†ْ Ł„Ų§َ Ų„ِŁ„َŁ‡َ Ų„ِŁ„Ų§َّ Ų§Ł„Ł„Ł‡ُ ŁˆَŲ­ْŲÆَŁ‡ُ Ł„Ų§َ Ų“َŲ±ِŁŠْŁƒَ Ł„َŁ‡ُ ŁˆَŲ£َŲ“ْŁ‡َŲÆُ Ų£َŁ†َّ Ł…ُŲ­َŁ…َّŲÆًŲ§ Ų¹َŲØْŲÆُŁ‡ُ ŁˆَŲ±َŲ³ُŁˆْŁ„ُŁ‡ُ. ŁˆَŲ§Ł„ŲµَّŁ„Ų§َŲ©ُ ŁˆَŲ§Ł„Ų³َّŁ„Ų§َŁ…ُ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ł…ُŲ­َŁ…َّŲÆٍ ŁˆَŲ¹َŁ„َŁ‰ Ų¢Ł„ِŁ‡ِ ŁˆَŲµَŲ­ْŲØِŁ‡ِ.
Ų£َŁ…َّŲ§ ŲØَŲ¹ْŲÆُ؛ ŁˆَŁ„Ų§َ ŲŖَŁƒُŁˆŁ†ُŁˆŲ§ْ ŁƒَŲ§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ Ł‚َŲ§Ł„ُŁˆŲ§ Ų³َŁ…ِŲ¹ْŁ†َŲ§ ŁˆَŁ‡ُŁ…ْ Ł„Ų§َ ŁŠَŲ³ْŁ…َŲ¹ُŁˆŁ†َ
Ų„ِŁ†َّ Ų§Ł„Ł„Ł‡َ ŁˆَŁ…َŁ„Ų§َŲ¦ِŁƒَŲŖَŁ‡ُ ŁŠُŲµَŁ„ُّŁˆْŁ†َ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ų§Ł„Ł†َّŲØِŁŠِّ، ŁŠَŲ§ Ų£َŁŠُّŁ‡Ų§َ Ų§Ł„َّŲ°ِŁŠْŁ†َ Ų”َŲ§Ł…َŁ†ُŁˆْŲ§ ŲµَŁ„ُّŁˆْŲ§ Ų¹َŁ„َŁŠْŁ‡ِ ŁˆَŲ³َŁ„ِّŁ…ُŁˆْŲ§ ŲŖَŲ³ْŁ„ِŁŠْŁ…ًŲ§. Ų§َŁ„Ł„َّŁ‡ُŁ…َّ ŲµَŁ„ِّ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ł…ُŲ­َŁ…َّŲÆٍ ŁˆَŲ¹َŁ„َŁ‰ Ų¢Ł„ِ Ł…ُŲ­َŁ…َّŲÆٍ ŁƒَŁ…َŲ§ ŲµَŁ„َّŁŠْŲŖَ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ų„ِŲØْŲ±َŲ§Ł‡ِŁŠْŁ…َ ŁˆَŲ¹َŁ„َŁ‰ Ų¢Ł„ِ Ų„ِŲØْŲ±َŲ§Ł‡ِŁŠْŁ…َ، Ų„ِŁ†َّŁƒَ Ų­َŁ…ِŁŠْŲÆٌ Ł…َŲ¬ِŁŠْŲÆٌ. ŁˆَŲØَŲ§Ų±ِŁƒْ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ł…ُŲ­َŁ…َّŲÆٍ ŁˆَŲ¹َŁ„َŁ‰ Ų¢Ł„ِ Ł…ُŲ­َŁ…َّŲÆٍ ŁƒَŁ…َŲ§ ŲØَŲ§Ų±َŁƒْŲŖَ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ų„ِŲØْŲ±َŲ§Ł‡ِŁŠْŁ…َ ŁˆَŲ¹َŁ„َŁ‰ Ų¢Ł„ِ Ų„ِŲØْŲ±َŲ§Ł‡ِŁŠْŁ…َ، Ų„ِŁ†َّŁƒَ Ų­َŁ…ِŁŠْŲÆٌ Ł…َŲ¬ِŁŠْŲÆٌ. Ų§َŁ„Ł„َّŁ‡ُŁ…َّ Ų§ŲŗْŁِŲ±ْ Ł„ِŁ„ْŁ…ُŲ³ْŁ„ِŁ…ِŁŠْŁ†َ ŁˆَŲ§Ł„ْŁ…ُŲ³ْŁ„ِŁ…َŲ§ŲŖِ، ŁˆَŲ§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ِŁŠْŁ†َ ŁˆَŲ§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†َŲ§ŲŖِ Ų§ْŁ„Ų£َŲ­ْŁŠَŲ§Ų”ِ Ł…ِŁ†ْŁ‡ُŁ…ْ ŁˆَŲ§ْŁ„Ų£َŁ…ْŁˆَŲ§ŲŖِ، Ų„ِŁ†َّŁƒَ Ų³َŁ…ِŁŠْŲ¹ٌ Ł‚َŲ±ِŁŠْŲØٌ Ł…ُŲ¬ِŁŠْŲØُ Ų§Ł„ŲÆّŲ¹َŁˆَŲ§ŲŖِ. Ų±َŲØَّŁ†َŲ§ Ų§ŲŗْŁِŲ±ْ Ł„َŁ†َŲ§ ŁˆَŁ„ِŲ„ِŲ®ْŁˆَŲ§Ł†ِŁ†َŲ§ Ų§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ Ų³َŲØَŁ‚ُŁˆŁ†َŲ§ ŲØِŲ§Ł„ْŲ„ِŁŠŁ…َŲ§Ł†ِ ŁˆَŁ„َŲ§ ŲŖَŲ¬ْŲ¹َŁ„ْ ŁِŁŠ Ł‚ُŁ„ُŁˆŲØِŁ†َŲ§ ŲŗِŁ„ّŲ§ً Ł„ِّŁ„َّŲ°ِŁŠŁ†َ Ų¢Ł…َŁ†ُŁˆŲ§ Ų±َŲØَّŁ†َŲ§ Ų„ِŁ†َّŁƒَ Ų±َŲ¤ُŁˆŁٌ Ų±َّŲ­ِŁŠŁ…ٌ Ų±َŲØَّŁ†َŲ§ ŲøَŁ„َŁ…ْŁ†َŲ§ Ų£َŁ†ŁُŲ³َŁ†َŲ§ ŁˆَŲ„ِŁ† Ł„َّŁ…ْ ŲŖَŲŗْŁِŲ±ْ Ł„َŁ†َŲ§ ŁˆَŲŖَŲ±ْŲ­َŁ…ْŁ†َŲ§ Ł„َŁ†َŁƒُŁˆŁ†َŁ†َّ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„ْŲ®َŲ§Ų³ِŲ±ِŁŠŁ†َ Ų±َŲØَŁ†َŲ§ Ų”َŲ§ŲŖِŁ†َŲ§ ŁِŁŠ Ų§Ł„ŲÆّŁ†ْŁŠَŲ§ Ų­َŲ³َŁ†َŲ©ً ŁˆَŁِŁŠ Ų§ْŁ„Ų£َŲ®ِŲ±َŲ©ِ Ų­َŲ³َŁ†َŲ©ً ŁˆَŁ‚ِŁ†َŲ§ Ų¹َŲ°َŲ§ŲØَ Ų§Ł„Ł†ّŲ§Ų±ِ. ŁˆَŲ§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆُ Ł„ِŁ„َّŁ‡ِ Ų±َŲØِّ Ų§Ł„ْŲ¹َŲ§Ł„َŁ…ِŁŠŁ†َ . ŁˆَŲµَŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁˆŲ³َŁ„Ł… Ų¹َŁ„َŁ‰ Ł…ُŲ­َŁ…ŲÆ ŲŖŲ³Ł„ŁŠŁ…ًŲ§ ŁƒَŲ«ŁŠْŲ±ًŲ§ . ŁˆَŲ¢Ų®ِŲ±ُ ŲÆَŲ¹ْŁˆَŲ§Ł†َŲ§ Ų£َŁ†ِ Ų§Ł„ْŲ­َŁ…ْŲÆُ Ł„ِŁ„َّŁ‡ِ Ų±َŲØِّ Ų§Ł„ْŲ¹َŲ§Ł„َŁ…ِŁŠْŁ†َ.

Kamis, 30 Juni 2011

ESQ POWER

TIDAK semua mereka yang memiliki titel kesarjanaan tinggi memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Istilah kecerdasan emosional adakalanya disebut EI (emotional intelligence), EQ (emotional quotient), dan kecerdasan sosial.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupun menyakitkan.

Lalu, apa kunci keberhasilan hidup?

Lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional, yaitu aspek-aspek yang berkait dengan kepribadian, yang di dalamnya setidaknya ada empat unsur pokok. Pertama, kemampuan seseorang memahami dan memotivasi potensi dirinya. Kedua, memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain. Ketiga, senang bahkan mendorong melihat anak buah sukses, tanpa dirinya merasa terancam. Keempat, asertif, yaitu terampil menyampaikan pikiran dan perasaan dengan baik, lugas, dan jelas tanpa harus membuat orang lain tersinggung.

Untuk mengukur apakah seorang memiliki kecerdasan emosional tinggi, jangan diukur dengan titel kesarjanaan dan kepangkatannya, tetapi tanyakan pembantu rumah tangga, anak buah, keluarga, maupun teman. Dari merekalah akan terpantul citra kepribadian seorang , terutama di saat-saat seseorang terkondisikan untuk marah.

Seberapa tinggi EQ seseorang mudah terlihat saat kritis, ketika suasananya tidak menguntungkan, bahkan dalam posisi terancam. Dengan tolok ukur ini kita mendapat kesan banyak EQ-nya rendah meski titel akademisnya tinggi, termasuk dalam penguasaan ilmu agama. Cirinya, pertama, jika bicara cenderung menyakiti dan menyalahkan pihak lain sehingga persoalan pokok tergeser oleh pertengkaran ego pribadi. Yang terjadi kemudian persoalan tidak selesai, bahkan bertambah..

Banyak mahasiswa dan sarjana terkesan idealis saat di kampus, tetapi terhanyut begitu menjadi birokrat. Rasanya perlu dipikirkan adanya pekan orientasi sarjana sebelum wisuda. Isinya, memberi peringatan disertai data akurat bahwa setelah wisuda mereka akan memasuki dunia baru yang penuh ranjau dan lingkungan kerja serta sosial yang telah terkontaminasi virus korupsi dan manipulasi. Ini merupakan tugas akhir almamater, memberi peringatan dan tanggung jawab moral pada putra-putrinya agar memiliki komitmen untuk hidup terhormat, mengejar karier dengan panduan skill dan suara hati.

PARA psikolog mengatakan, rasa sukses dan bahagia akan diraih jika seseorang bisa menggabungkan setidaknya tiga kecerdasan, yaitu intelektual, emosional, dan spiritual.

EQ yang tinggi akan membantu seseorang dalam membangun relasi sosial dalam lingkungan keluarga, kantor, bisnis, maupun sosial. Bagi seorang manajer, kecerdasan emosional merupakan syarat mutlak. Lagi-lagi amat disayangkan, pendidikan kita miskin konsep dalam membantu mengembangkan EQ, bagi siswa maupun mahasiswa. Pelatihan EQ ini amat penting guna menumbuhkan iklim dialogis, demokratis, dan partisipatif karena semua menuntut adanya kedewasaan emosional dalam memahami dan menerima perbedaan. Pluralitas etnis, agama, dan budaya akan menjadi sumber konflik laten jika tidak disertai tumbuhnya budaya dialogis dan sikap empati.

Tidak kalah penting, kecerdasan spiritual (SQ) yang berkait dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ berperan memberi solusi intelektual-teknikal, EQ meratakan jalan membangun relasi sosial, SQ mempertanyakan apakah makna, tujuan, dan filsafat hidup seseorang.

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, penulis buku SQ, The Ultimate Intelligence, tanpa disertai kedalaman spiritual, kepandaian (IQ) dan popularitas (EQ) seseorang tidak akan memberi ketenangan dan kebahagiaan hidup.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, berbagai pakar psikologi dan manajemen di Barat mulai menyadari betapa vitalnya aspek spiritualitas dalam karier seseorang, meski dalam menyampaikannya terkesan hati-hati. Yang fenomenal, tak kurang dari Stephen R Covey meluncurkan buku The 8th Habit (2004), padahal selama ini dia sudah menjadi ikon dari teori manajemen kelas dunia The Seven Habits. Rupanya Covey sampai pada kesimpulan, kecerdasan intelektualitas dan emosionalitas tanpa bersumber spiritualitas akan kehabisan energi dan berbelok arah.

Krisis kepercayaan terhadap intelektualitas kian menguat saat bangsa yang secara ekonomi amat kaya ini dikenal sebagai sarang koruptor dan miskin, padahal hampir semua yang menjadi menteri maupun birokrat memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Asumsi bahwa kesarjanaan dan intelektualitas akan mengantar masyarakat yang damai dan bermoral digugat Donald B Caine dalam buku: Batas Nalar, Rasionalitas dan Perilaku Manusia yang sedang dibicarakan banyak orang. Mengapa bangsa Jerman yang dikenal paling maju pendidikannya dan melahirkan banyak pemikir kelas dunia pernah dan bisa berbuat amat kejam? Pertanyaan serupa bisa dialamatkan kepada Inggris, Amerika Serikat, dan Israel

Satu hal pasti, kita mengharapkan negeri ini diurus oleh mereka yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Yaitu mereka yang kualitas akademisnya baik, mampu berkomunikasi sosial secara simpatik, inspiring dan motivating, serta memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai spiritual sebagai panduan hidup. Jika ketiga kualitas ini tidak terpenuhi, sebaiknya minggir saja atau bangsa ini akan kian hancur oleh perilaku pemimpinnya sendiri.

Rabu, 22 Juni 2011

Tips Memilih dan Membeli Laptop Baru


Dewasa ini, barang yang satu ini bukan merupakan barang langka, Penjualan laptop meningkat pesat, bahkan nyaris atau bahkan sudah melewati angka penjualan PC Desktop. Selain karena mobilitas manusia saat ini rata2 semakin meningkat, sehingga membutuhkan perangkat komputasi yang ringan dan mudah dibawa kemana-mana, juga disebabkan harga Laptop yang cenderung terus menurun. Produsen pun seperti berlomba-lomba meluncurkan laptop baru yg pada akhirnya membingungkan konsumen untuk memilih yang sesuai untuk mereka. Nah, karena itulah, saya mencoba menyusun tips memilih dan membeli laptop ini.
Berikut ini hal hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dan membeli laptop
1. Fungsi

Processsor merupakan otak  sebuah laptop untuk melakukan proses komputasi. Jenis Processor paling mempengaruhi kemampuan dan tentu saja harga sebuah Laptop. Namun Processor tidak bekerja sendiri, ada banyak peripheral yang juga ikut menentukan harga dan kinerja sebuah laptop. Sebaiknya  tentukan dulu akan digunakan sebagai apa laptop anda nantinya. berikut jenis2 laptop berdasarkan fungsinya :
  • Ultra Portable : Untuk anda yang sangat mobile, Laptop Jenis ini biasanya berukuran kecil dan sangat tipis serta sangat ringan, memiliki layar maksimal 12 inchi. Prosesor yang digunakan adalah prosesor hemat listrik agar bisa digunakan selama mungkin. semisal intel Atom, Intel ULV atau AMD Neo. Daya tahan batere untuk  laptop jenis ini sangat bagus, bisa mencapai lebih dari 7 jam beroperasi tanpa perlu colokan listrik. Tentu saja Performa atau kemampuan komputasi bukan merupakan fitur andalan laptop jenis ini. Perlu diingat, laptop jenis ini biasanya tidak dilengkapi dengan optical drive. Rentang harga pun bervariasi mulai dari 3 jutaan (intel atom) sampai belasan juta (intel core 2 duo ULV)
  • Portable : Untuk penggunaan normal sehari-hari. Merupakan jenis laptop paling cocok untuk kebanyakan orang. Laptop Jenis ini merupakan laptop yang mendominasi pasar saat ini. Berukuran sedang dan  memiliki layar antara 12 – 15 inch. Rentang harga bervariasi tergantung merek dan prosesor serta  peripheral lainnya, mulai sekitar 4 jutaan, menggunakan Intel Celeron sampai yang termahal sekitar 10 jutaan, menggunakan Intel Core 2 Duo atau AMD Phenom. Daya Tahan batere terhitung standar antara 3-5 jam
  • Desktop Replacement :  Ditujukan untuk para Gamer, desainer grafis, ataupun pekerjaan2 lain yang membutuhkan kinerja diatas rata2. Laptop jenis Biasanya berukuran besar, berat, dan memiliki layar yang berukuran diatas 15 inchi. Ciri khas laptop jenis ini adalah terdapat Kartu VGA yang terpisah, tidak integrated. ini untuk menunjang kemampuan grafis yang memang dibutuhkan oleh laptop jenis ini. Prosesor yang digunakan hanyalah prosesor kelas atas semisal intel core 2 duo atau bahkan intel core 2 quad, sehingga membuat harga-nya menjadi sangat mahal. Rentang harga laptop jenis ini mulai dari 12 jutaan hingga puluhan juta rupiah.
2. Merek
Pemilihan merek merupakan hal yang sangat penting. Ini erat kaitannya dengan kualitas perakitan sebuah laptop. Merek2  terkenal seperti Toshiba, Acer, Sony, Dell, HP dan lain2 biasanya mempunyai kualitas  perakitan yang baik. Selain itu sebaiknya memilih merek2 yang sudah memiliki jaringan layanan purna jual atau service center yang merata di seluruh Indonesia, atau setidaknya yang memiliki service center terdekat di kota anda. Ini penting untuk anda yg tinggal di luar kota2 besar seperti Jakarta atau Surabaya, jika suatu saat terdapat masalah atau kerusakan pada laptop anda.
3. Operating System
Sebagian besar Laptop yang dijual saat ini, *sayangnya* menyertakan Microsoft Windows sebagai OS bawaan. Hal ini sebetulnya sangat merugikan konsumen . Anda sebagai konsumen tidak memiliki pilihan selain OS tersebut. Blum lagi jika harus membeli lisensi untuk aplikasi2 lain yang berjalan di OS “bawaan” tersebut semisal Office, Photoshop, Antivirus dll. Anda bisa menghemat ratusan ribu bahkan jutaan jika memilih Laptop tanpa OS ( Non OS) dan kemudian menginstallnya sesuai dengan OS pilihan anda sendiri. Dalam hal ini saya memilih untuk “membuang” OS bawaan dan menginstall laptop saya dengan OS berbasis Opensource, yaitu Dewalinux, karena saya tidak ingin dibikin susah dengan Virus, Malware, Trojan yang biasanya menyertai OS “bawaan” Laptop tersebut. kesimpulannya, pilihlah Laptop Non OS atau yang tidak menyertakan OS bawaan untuk menghemat pengeluaran and

Sifat-sifat Manusia Menurut Al-Qur'an

1. Bodoh, tidak mengetahui, aniaya (14:34/33:72)
"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)". (QS. 14:34)

"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh"
(QS. 33:72)
2. Lemah (4:28)
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah". (QS. 4:28)
3. Keluh kesah (70:19)
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir". (QS. 70:19)
4. Kikir (70:19/17:100)
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir". (QS. 70:19)
Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Rabbku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat kikir. (QS. 17:100)
6. Melampaui batas (96:6)
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, (QS. 96:6)
7. Tergesa-gesa (17:11/21:37)
.... Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (QS. 17:11)
Manusia telah dijadikan (bertabiat)tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda(azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (QS. 21:37)
9. Putus asa (17:83)
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (QS. 17:83)
10. Banyak menentang (18:54)
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (QS. 18:54)
11. Enggan bersyukur (41:51/42:48/100:6-7)
Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo'a. (QS. 41:51)
....Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu.Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat). (QS. 42:48)
12. Merasa cukup (96:6-7)
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. (QS. 96:6-7)
13. Sombong (17:83)
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (QS. 17:83)
14. Hanif (30:30)
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. 30:30)
15. Mengabdi (2:165/51:56)
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. 2:165)
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. 51:56)
16. Memilih (2:256/10:99)
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia tela berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:256)
Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (QS. 10:99)
17. Cinta (2:165/3:14)
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. 2:165)
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. 3:14)
18. Berjamah (49:13)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13)

Senin, 20 Juni 2011

ARTI NAMA PRIA JAWA

Dibalik nama-nama pria Jawa sesungguhnya ada harapan
tertentu dari orangtuanya, agar anaknya kelak bisa
sesuai yg diharapkan.

Contohnya:

Pandai menanam bunga, diberi nama Rosman.

Pandai memperbaiki mobil, diberi nama Karman.

Pandai main golf, Parman.

Pandai dalam korespondensi, Suratman.

Gagah perkasa, Suparman.

Kuat dalam berjalan, Wakiman.

Berani bertanya, Asman.

Ahli membuat kue, Paiman.

Pandai berdagang, Saliman.

Pandai melukis, Saniman.

Agar jadi orang kaya, Sugiman.

Agar besar nanti padai cari muka, Yasman

Suka begituan, Pakman

Suka makan toge goreng, Togiman

Selalu ketagihan, Tuman

Suka telanjang, Nudiman

Selalu sibuk terus, Bisiman

Biar pinter main game ... Giman

Biar bisa sering cuti ... Sutiman

Biar jadi juragan sate ... Satiman

Biar jadi juragan trasi ... Tarsiman

Biar pinter memecahkan problem ... Sukarman

Biar kalau ujian ndak usah mengulang ... Herman

Biar pinter bikin jus ... Yusman

Biar jadi orang yang berwibawa ... Jaiman

Biar jadi pemain musik ... Basman

Biar awet muda ... Boiman

Biar pinter berperang ... Warman

Biar jadi orang Bali ... Nyoman

Biar jadi orang Sunda ... Maman

Biar lincah seperti monyet ... Hanoman

Biar jadi orang Belanda ... Kuman

Biar tetep tinggal di Jogja ... Sleman

Biar jadi tukang sepatu handal ... Soleman

Biar tetep bisa jalan walau ndak pake mesin ...
Delman

"Menuju Kehidupan Sebenarnya"

Oleh Ihsan Tandjung
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah berkata: ”Pada saat manusia menemui kematiannya, maka iapun terbangun dari tidurnya.”
Berarti, kehidupan kita di dunia ini laksana sebuah mimpi. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
ŁˆَŁ…َŲ§ Ł‡َŲ°ِŁ‡ِ Ų§Ł„ْŲ­َŁŠَŲ§Ų©ُ Ų§Ł„ŲÆُّŁ†ْŁŠَŲ§ Ų„ِŁ„َّŲ§ Ł„َŁ‡ْŁˆٌ ŁˆَŁ„َŲ¹ِŲØٌ ŁˆَŲ„ِŁ†َّ Ų§Ł„ŲÆَّŲ§Ų±َ Ų§Ł„ْŲ¢َŲ®ِŲ±َŲ©َ Ł„َŁ‡ِŁŠَ Ų§Ł„ْŲ­َŁŠَŁˆَŲ§Ł†ُ Ł„َŁˆْ ŁƒَŲ§Ł†ُŁˆŲ§ ŁŠَŲ¹ْŁ„َŁ…ُŁˆŁ†َ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)
Dalam kenyataan sehari-hari tidak sedikit manusia yang justru sangat serius dengan kehidupan dunia ini sambil memandang kehidupan akhirat -dengan derita neraka dan nikmat surganya- justru sebagai senda gurau dan main-main. Manusia sedemikian seriusnya ingin meraih kenikmatan dan keberhasilan dunia seolah itu semua merupakan kenikmatan dan keberhasilan final dan hakiki. Mereka berusaha sekuat mungkin menghindar dari kegagalan dan penderitaan dunia seolah itulah kegagalan dan penderitaan yang sejati.
Padahal kehidupan di dunia telah Allah taqdirkan bagi setiap manusia. Ada yang ditaqdirkan menikmati ”mimpi menyenangkan” di dunia. Ia menjadi orang kaya, terpandang, dipuja-puji manusia banyak, serba berkecukupan sehingga hidupnya selalu berlimpah. Sementara ada yang di taqdirkan mengalami ”mimpi buruk” selama hidupnya di dunia. Ia menjadi orang miskin, serba berkekurangan, terpinggirkan, terabaikan bahkan teraniaya.
Sedikit sekali manusia yang menyadari bahwa mimpi manapun yang dialaminya tidaklah menjadi persoalan penting. Kendati, sudah barang tentu, tidak ada manusia yang ingin menjalani kehidupan berupa mimpi buruk menjadi orang miskin, serba berkekurangan, terpinggirkan, terabaikan bahkan teraniaya. Demikian pula sebaliknya. Manusia mana yang menolak ditaqdirkan Allah menjalani kehidupan dalam bentuk mimpi menyenangkan menjadi orang kaya, terpandang, dipuja-puji manusia banyak, serba berkecukupan sehingga hidupnya selalu berlimpah. Tapi seorang mu’min sungguh sadar bahwa isyu utama yang perlu difikirkan adalah bagaimana nasibnya saat Allah mencabut nyawanya. Adapun jenis mimpi apa yang Allah taqdirkan bagi dirinya hanyalah sebuah ujian/testcase untuk melihat jenis respon apa yang bakal ditampilkannya. Persis seperti ucapan Nabi Muhammad saw sebagai berikut:
Ų¹َŲ¬َŲØًŲ§ Ł„ِŲ£َŁ…ْŲ±ِ Ų§Ł„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ِ Ų„ِŁ†َّ Ų£َŁ…ْŲ±َŁ‡ُ ŁƒُŁ„َّŁ‡ُ Ų®َŁŠْŲ±ٌ ŁˆَŁ„َŁŠْŲ³َ Ų°َŲ§Łƒَ Ł„ِŲ£َŲ­َŲÆٍ Ų„ِŁ„َّŲ§ Ł„ِŁ„ْŁ…ُŲ¤ْŁ…ِŁ†ِ Ų„ِŁ†ْ Ų£َŲµَŲ§ŲØَŲŖْŁ‡ُ Ų³َŲ±َّŲ§Ų”ُ Ų“َŁƒَŲ±َ ŁَŁƒَŲ§Ł†َ Ų®َŁŠْŲ±ًŲ§ Ł„َŁ‡ُ ŁˆَŲ„ِŁ†ْ Ų£َŲµَŲ§ŲØَŲŖْŁ‡ُ Ų¶َŲ±َّŲ§Ų”ُ ŲµَŲØَŲ±َ ŁَŁƒَŲ§Ł†َ Ų®َŁŠْŲ±ًŲ§ Ł„َŁ‡ُ
“Urusan orang beriman itu menakjubkan. Sesungguhnya urusannya semua baik. Dan hal itu tidak dialami seorangpun kecuali orang beriman. Bila ia mendapat karunia, ia bersyukur. Maka bersyukur itu baik baginya. Bila ia mendapat mudharat, ia bersabar. Maka bersabar itu baik baginya.” (Muslim 14/280)
Alangkah bodohnya seseorang yang hidup di dunia dalam mimpi meyenangkan namun ia lalai akan saat kematian. Sehingga saat ia bangun dari mimpinya ia berada dalam kegelisahan dan penyesalan berkepanjangan. Apalagi orang yang hidup di dunia dan menjalani mimpi buruk. Lalu saat ia bangun menjalani hidupnya di akhirat, ternyata keadaannya lebih buruk lagi, penuh penyesalan dan penderitaan abadi. Demikianlah keadaan orang-orang yang tidak beriman akan kehidupan akhirat. Mereka menyangka hidup hanya di dunia semata. Mereka tertipu oleh dunia. Allah gambarkan logika berfikir mereka sebagai berikut:
ŁˆَŁ‚َŲ§Ł„ُŁˆŲ§ Ł…َŲ§ Ł‡ِŁŠَ Ų„ِŁ„َّŲ§ Ų­َŁŠَŲ§ŲŖُŁ†َŲ§ Ų§Ł„ŲÆُّŁ†ْŁŠَŲ§ Ł†َŁ…ُŁˆŲŖُ ŁˆَŁ†َŲ­ْŁŠَŲ§ ŁˆَŁ…َŲ§ ŁŠُŁ‡ْŁ„ِŁƒُŁ†َŲ§ Ų„ِŁ„َّŲ§ Ų§Ł„ŲÆَّŁ‡ْŲ±ُ
ŁˆَŁ…َŲ§ Ł„َŁ‡ُŁ…ْ ŲØِŲ°َŁ„ِŁƒَ Ł…ِŁ†ْ Ų¹ِŁ„ْŁ…ٍ Ų„ِŁ†ْ Ł‡ُŁ…ْ Ų„ِŁ„َّŲ§ ŁŠَŲøُŁ†ُّŁˆŁ†َ
“Dan mereka berkata, "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS Al-Jatsiyah 23-24)
Sedangkan orang beriman sangat yakin dan selalu mempersiapkan dirinya menghadapi kehidupan sejati, yakni akhirat. Sebab mereka diberitahu Allah bahwa akhirat itulah yang hendaknya didambakan.
ŲŖُŲ±ِŁŠŲÆُŁˆŁ†َ Ų¹َŲ±َŲ¶َ Ų§Ł„ŲÆُّŁ†ْŁŠَŲ§ ŁˆَŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ŁŠُŲ±ِŁŠŲÆُ Ų§Ł„ْŲ¢َŲ®ِŲ±َŲ©َ
“...kalian menghendaki harta benda dunia, sedangkan Allah menghendaki akhirat (untukmu)…” (QS Al-Anfal 67)
Orang beriman sibuk bukan untuk masa tuanya di dunia. Tapi ia sibuk mempersiapkan berbagai investasi berupa ’amal ’ibadah dan ’amal sholeh untuk masa hidupnya yang sejati, yakni akhirat.
Ų§Ł„ْŁƒَŁŠِّŲ³ُ Ł…َŁ†ْ ŲÆَŲ§Ł†َ Ł†َŁْŲ³َŁ‡ُ ŁˆَŲ¹َŁ…ِŁ„َ Ł„ِŁ…َŲ§ ŲØَŲ¹ْŲÆَ Ų§Ł„ْŁ…َŁˆْŲŖِ
(Ų§Ł„ŲŖŲ±Ł…Ų°ŁŠ)
“Orang yang paling cerdas ialah barangsiapa yang menghitung-hitung/evaluasi/introspeksi (‘amal-perbuatan) dirinya dan ber’amal untuk kehidupan setelah kematian.”(At-Tirmidzi 8/499 )
Ia sangat terobsesi akan keberhasilannya di akhirat sehingga keberhasilannya di dunia menjadi sesuatu yang ia kejar secukupnya. Ia sangat sibuk menghindari kegagalan di akhirat sehingga berbagai kegagalan di dunia ia hindari sewajarnya. Ingatannya akan akhirat sangat dominan sehingga ingatannya akan dunia menjadi sebatas ”asal tidak lupa” bahwa ia masih hidup di dunia.
ŁˆَŲ§ŲØْŲŖَŲŗِ ŁِŁŠŁ…َŲ§ Ų¢َŲŖَŲ§Łƒَ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų§Ł„ŲÆَّŲ§Ų±َ Ų§Ł„ْŲ¢َŲ®ِŲ±َŲ©َ ŁˆَŁ„َŲ§ ŲŖَŁ†ْŲ³َ Ł†َŲµِŁŠŲØَŁƒَ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„ŲÆُّŁ†ْŁŠَŲ§
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi..” (QS Al-Qashash 77)

Rabu, 08 Juni 2011

Seledri Mengobati Darah Tinggi

Para ibu rumah tangga pasti sudah mengenal daun ini. Sebab, seledri sering
digunakan untuk campuran masakan. Sayur sop, dan soto adalah sebagian masakan
yang dibubuhi seledri. Penjual bakso juga sering menggunakan daun ini.
Selain sebagai campuran masakan, seledri (Apium graveolens L) bisa dimanfaatkan
untuk menjaga kesehatan.
Tanaman ini diyakini para ahli mengandung vitamin A, C, dan B1. Selain itu,
seledri juga mengandung banyak mineral, seperti sodium, klorin, potasium
(kalium), dan magnesium. Tingginya kadar sodium dalam seledri sangat berguna
untuk menjaga vitalitas tubuh.
Seledri bisa tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun rendah. Beberapa daerah
di Indonesia yang terkenal sebagai penghasil tanaman ini antara lain Brastagi,
Sumatera Barat, dan sejumlah daerah di ! Jawa Barat seperti Cipanas, Pacet, dan
Pengalengan.
Tanaman seledri memiliki bonggol dan memiliki batang basah bersusun. Menurut
para ahli, tanaman ini sudah dimanfaatkan sebagai sayuran sejak abad ke-27, atau
sekitar era 1640-an.
Seledri dikenal memiliki khasiat menyembuhkan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Masyarakat di daerah pedesaan sudah begitu akrab dengan seledri untuk menurunkan
panas badan. Bila anak terserang panas tinggi, mereka akan menumbuk seledri dan
mengoleskan seledri yang ditumbuk. Banyak juga yang menggunakan air perasan daun
seledri untuk menghitamkan rambut. Ini diyakini tidak menimbulkan efek samping.
Seledri juga diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit, seperti diare,
diabetes, epilepsi, migran, buang air kecil yang mengandung darah, mencegah
stroke, memperbaiki fungsi hormon, serta membersihkan darah. Jus seledri dari
seledri berdaun besar bisa meningkatkan kecerdasan, mengatasi herpes, dan
gondokan.
Tanaman ini juga bisa digunakan untuk mengobati sakit mata. Caranya, sebanyak
dua tangkai seledri, ditambah dua tangkai daun bayam, dan satu tangkai kemangi,
lalu ditumbuk dan diseduh dengan satu gelas air panas. Airnya disaring dan
diminum.
Untuk mengobati tekanan darah tinggi, daun seledri secukupnya lalu diperas
dengan air masak, dan disaring. Kemudian air ini diminum tiga kali sehari
sebanyak dua sendok makan. Agar hasilnya maksimal, ini dilakukan secara teratur,
dan penggunaannya tidak berlebihan.
Mereka yang menderita rematik juga bisa memanfaatkan tanaman ini. Caranya,
setiap hari mengonsumsi setangkai daun seledri pada waktu makan.

digunakan untuk campuran masakan. Sayur sop, dan soto adalah sebagian masakan
yang dibubuhi seledri. Penjual bakso juga sering menggunakan daun ini.
Selain sebagai campuran masakan, seledri (Apium graveolens L) bisa dimanfaatkan
untuk menjaga kesehatan.
Tanaman ini diyakini para ahli mengandung vitamin A, C, dan B1. Selain itu,
seledri juga mengandung banyak mineral, seperti sodium, klorin, potasium
(kalium), dan magnesium. Tingginya kadar sodium dalam seledri sangat berguna
untuk menjaga vitalitas tubuh.
Seledri bisa tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun rendah. Beberapa daerah
di Indonesia yang terkenal sebagai penghasil tanaman ini antara lain Brastagi,
Sumatera Barat, dan sejumlah daerah di ! Jawa Barat seperti Cipanas, Pacet, dan
Pengalengan.
Tanaman seledri memiliki bonggol dan memiliki batang basah bersusun. Menurut
para ahli, tanaman ini sudah dimanfaatkan sebagai sayuran sejak abad ke-27, atau
sekitar era 1640-an.
Seledri dikenal memiliki khasiat menyembuhkan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Masyarakat di daerah pedesaan sudah begitu akrab dengan seledri untuk menurunkan
panas badan. Bila anak terserang panas tinggi, mereka akan menumbuk seledri dan
mengoleskan seledri yang ditumbuk. Banyak juga yang menggunakan air perasan daun
seledri untuk menghitamkan rambut. Ini diyakini tidak menimbulkan efek samping.
Seledri juga diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit, seperti diare,
diabetes, epilepsi, migran, buang air kecil yang mengandung darah, mencegah
stroke, memperbaiki fungsi hormon, serta membersihkan darah. Jus seledri dari
seledri berdaun besar bisa meningkatkan kecerdasan, mengatasi herpes, dan
gondokan.
Tanaman ini juga bisa digunakan untuk mengobati sakit mata. Caranya, sebanyak
dua tangkai seledri, ditambah dua tangkai daun bayam, dan satu tangkai kemangi,
lalu ditumbuk dan diseduh dengan satu gelas air panas. Airnya disaring dan
diminum.
Untuk mengobati tekanan darah tinggi, daun seledri secukupnya lalu diperas
dengan air masak, dan disaring. Kemudian air ini diminum tiga kali sehari
sebanyak dua sendok makan. Agar hasilnya maksimal, ini dilakukan secara teratur,
dan penggunaannya tidak berlebihan.
Mereka yang menderita rematik juga bisa memanfaatkan tanaman ini. Caranya,
setiap hari mengonsumsi setangkai daun seledri pada waktu makan.

Sabtu, 04 Juni 2011

WARTEG pelopor touch screen


Ternyata Technology “Touch Screen” penemu
pertamanya adalah pengusaha Warung Nasi
Tegal (WARTEG). Ini kisahnya:
Pada suatu saat seorang Ilmuwan Manca
Negara makan di WARTEG. Setiap
PENGUNJUNG yang datang ditanya oleh
Pelayan Warteg:
Pelayan: “Makan pake apa?”
Pengunjung menempelkan jarinya ke kaca
(menunjuk makanan di baliknya)
Pelayan: “Makan pake apa lagi?”
Pengunjung menempelkan jarinya ke kaca lagi.
Pelayan: “Apa lagi?”
Pengunjung kembali menempelkan jarinya ke
kaca…
Beberapa detik kemudian makananpun sudah
siap tersaji.
SANG ILMUWAN pun berdecak kagum,
ternyata technology di Indonesia luar biasa
majunya.
Tak ayal lagi merekapun menjiplaknya untuk
PDA, Blackberry Torch, iPod, iPhone, dan Ipad.

Selasa, 31 Mei 2011

Ibadah

Kadangkala ketika kita lelah menghadapi aneka masalah hidup di dunia, kita sering bertanya,
“sesungguhnya apakah tujuan kita dihidupkan?” Bahkan tidak jarang orang-orang yang menderita penyakit parah berkepanjangan juga melontarkan pertanyaan serupa. Namun pertanyaan tersebut di luar dugaan pernah terlontar pula dari seseorang yang kaya raya. Padahal uangnya melimpah dan setiap hari berfoya-foya. Tetapi ternyata rutinitas yang menggembirakan itu membuatnya berkalang jenuh. Pada batas kesadarannya ia pun mengajukan pertanyaan yang sama.
Akan tetapi bagi orang yang beriman, dalam keadaan bagaimana pun, tujuan hidupnya sangatlah jelas
yaitu untuk beribadah. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.
” (QS. Adz Zariyat: 56) ” … oleh sebab itu sembahlah Dia dan teguhlah untuk menyembah-Nya.” (QS. Maryam: 65) Jika miskin ia akan berusaha sekuat tenaga mencari nafkah, karena bekerja itu ibadah. Apabila kaya-raya, ia juga bisa memanfaatkan harta tersebut untuk beribadah kepada Allah SWT dengan meringankan beban fakir miskin dan anak-anak yatim.
Sekalipun beribadah itu tujuan hidup kita, namun janganlah berlebihan. Abdullah ibnu ‘Amr ra.
mengungkapkan, bahwa Nabi saw. bertanya kepadanya, “Aku telah mendengar berita bahwa engkau senantiasa sholat sepanjang malam, dan selalu berpuasa di siang harinya.“Abdullah ibnu ‘Amr menjawab, “Ya aku mengerjakan hal tersebut.” Lalu Rosulullah saw. bersabda, “Sungguh jika engkau mengerjakan hal itu niscaya matamu mengantuk dan tubuhmu lemah. Sungguh engkau berkewajiban memenuhi hak tubuhmu dan keluargamu, karena itu berpuasalah dan berbukalah. Sholatlah dan tidurlah“. (HR Syaikhon)
Aisyah ra. menuturkan, bahwa Nabi saw. datang untuk menggilirinya. Pada saat itu Aisyah sedang
bersama seorang wanita. Nabi saw. bertanya, “Siapakah wanita ini?” Aisyah menuturkan, “Ya Rosulullah, dia adalah penduduk Madinah yang paling banyak ibadahnya. Dia tidak pernah tidur malam.” Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda, “Kerjakanlah ibadah menurut kemampuan kalian. Demi Allah, Dia tidak akan bosan sehingga kalian sendirilah yang bosan. Amal ibadah yang paling disukai oleh Allah SWT adalah yang dikerjakan secara terus-menerus“. (HR Lima Ahli Hadits kecuali Tirmidzi).
Kedua hadits di atas menegaskan bahwa kita tidak diperbolehkan ibadah secara berlebihan hingga tidak tidur malam. Sebab ibadah yang paling disukai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus
(rutin/berkelanjutan) walaupun sedikit. Misalnya sholat dhuha cukup dua rokaat saja, namun dilakukan
setiap hari. Atau sholat tahajud sebanyak dua rokaat saja, tetapi dilakukan setiap malam. Demikian
juga dengan ibadah membaca Al Qur-an harus dilakukan secara rutin setiap hari, walaupun yang dibaca hanya satu ‘ain (ruku’). Hal itu ditegaskan dalam hadits berikut ini. Aisyah mengemukakan, Rosulullah saw. pernah ditanya (oleh seseorang), “Amal apakah yang paling disukai oleh Allah?” Lalu Rosulullah saw. menjawab, “Yang terus menerus dilakukan sekalipun sedikit.” (HR Syaikhon d Tirmidzi)
A. Makna Ibadah
Apakah ibadah itu? Ditinjau dari segi bahasa, ibadah memiliki arti taat atau patuh atau menurut. Para
ahli tauhid mengartikan ibadah dengan meng-Esakan Allah serta menundukkan diri dan jiwa kita
kepada-Nya. Makna ini didasarkan pada ayat, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.” (QS. An Nisa’: 36). Namun ibadah, menurut Ahli fiqih, adalah apa yang kita kerjakan untuk meraih keridhoan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat kelak.
Agar ibadah kita itu mendapatkan ridho dari Allah SWT, maka ada dua syarat yang harus dipenuhi.
1. Sah. Maksudnya perbuatan ibadah (misalnya sholat atau puasa atau haji yang kita kerjakan) tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
2. Ikhlas, yakni mengerjakannya semata-mata karena Alllah. Bukan karena mengharap dipuji oleh sesama manusia. Katakanlah (Hai Muhammad), “Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.” (QS. Az Zumar: 11-12)
B. Macam-macam Ibadah
Praktek ibadah sangatlah beragam, tergantung dari sudut mana kita meninjaunya.
1. Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam:
a) Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan dalam nash (dalil/dasar hukum)
yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji;
b) Ibadah Ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-mata karena Allah seperti bekerja, makan, minum, dan tidur sebab semua itu untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani supaya dapat mengabdi kepada Allah SWT.
2. Ditinjau dari kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua macam:
a) ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa;
b) ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.
3. Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga:
a) ibadah jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa)
b) ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat)
c) ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (pergi haji)
4. Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:
a) ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti sholat, zakat,
puasa, dan haji;
b) ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Qur’an, berdoa, dan berdzikir;
c) ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela diri, menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad;
d) ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i’tikaf (duduk di masjid); dan
e) ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang, atau membebaskan hutang orang lain.
Apapun macam ibadah yang akan kita lakukan, yang pasti selalu menghadapi godaan baik yang berasal
dari hawa nafsu kita sendiri maupun dari setan. Antara lain: perasaan malas yang luar biasa. Selain
itu yang lebih penting untuk diingat adalah, janganlah sekali-kali kita menghalangi orang lain untuk
beribadah. Sebab ancaman hukumannya dari Allah SWT luar biasa pedihnya. Orang yang menghalangi orang beribadah mendapat siksaan dunia akhirat. “Dan siapakah yang lebih aniaya (selain) dari orang-orang yang menghalangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu fidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat azab yang besar.” (QS. Al Baqarah: 114)
—oOo—

Sabtu, 28 Mei 2011

Tabayun dalam Kebersamaan

Thursday, 07 August 2008 14:55 H. Amin Santoso

Siapa pun kita, selalu ada ‘cacat’. Ada ‘cacat’ berupa ketidaksempurnaan fisik: rupa, penampilan, dan sebagainya. Ada juga ‘cacat’ berupa kelalaian ketika pertarungan antara nafsu dan akal berakhir negatif. Nafsulah yang akhirnya membuat keputusan. Saat itulah, seorang anak manusia melakukan kesalahan. Seperti itu pulakah yang terjadi pada diri seorang mukmin?
Terdapat beberapa riwayat tentang peristiwa berita bohong yang harus diteliti kebenarannya dari seorang Al-Walid bin Uqbah bin Abi Mu’ith tatkala ia diutus oleh Rasulullah untuk mengambil dana zakat dari Suku Bani Al-Musththaliq yang dipimpin oleh Al-Harits bin Dhirar. Al-Walid malah menyampaikan laporan kepada Rasulullah bahwa mereka enggan membayar zakat, bahkan berniat membunuhnya, padahal ia tidak pernah sampai ke perkampungan Bani Musththaliq. Kontan Rasulullah murka dengan berita tersebut dan mengutus Khalid untuk mengklarifikasi kebenarannya, sehingga turunlah ayat ini-
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Q.S. Al-Hujurat/49: 6)
Ayat yang mengingatkan bahaya berita palsu yang coba disebarkan oleh orang fasik hampir berakibat terjadinya permusuhan antar sesama umat Islam saat itu. Yang menjadi catatan disini bahwa peristiwa ini justru terjadi di zaman Rasulullah yang masih sangat kental dan dominan dengan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran. Lantas bagaimana dengan zaman sekarang yang makin sukar mencari sosok yang jujur dan senantiasa beri’tikad baik dalam setiap berita dan informasi yang disampaikan?.
Secara bahasa, kata fasiq dan naba’ yang menjadi kata kunci dalam ayat di atas disebut dalam bentuk nakirah (indifinitive) sehingga menunjukkan seseorang yang dikenal dengan kefasikannya serta menunjukkan segala bentuk berita dan informasi secara umum, berita yang besar atau kecil, yang terkait dengan masalah pribadi atau sosial, apalagi berita yang besar yang melibatkan segolongan kaum atau komunitas tertentu yang berdampak sosial yang buruk.
Dari riwayat di atas kita sebagai seorang mukmin layak mengambil hikmahnya. Bahwa kebersamaan kadang tidak selamanya seperti rumput. Selalu setara, sewarna, dan segerak. Ada saja kekurangan di antara sesama mukmin. Karena umumnya manusia memang tidak bisa luput dari aib.
Tak ada gading yang tak retak. Itulah ungkapan sederhana yang memuat makna begitu dalam. Sebuah pengakuan bahwa setiap manusia punya kelemahan dan kekurangan.
Siapa pun kita, selalu ada ‘cacat’. Ada ‘cacat’ berupa ketidaksempurnaan fisik: rupa, penampilan, dan sebagainya. Ada juga ‘cacat’ berupa kelalaian ketika pertarungan antara nafsu dan akal berakhir negatif. Nafsulah yang akhirnya membuat keputusan. Saat itulah, seorang anak manusia melakukan kesalahan. Seperti itu pulakah yang terjadi pada diri seorang mukmin?
Kadang orang lupa kalau seorang mukmin pun juga manusia. Bukan malaikat yang selalu bersih tanpa noda. Sinar iman yang ada dalam hatilah yang akhirnya menentukan, apakah nafsu yang lagi-lagi bicara, atau iman yang mengambil keputusan.
Pertarungan itu begitu sengit. Kekuatan dalam diri saja belum cukup. Karena masing-masing pihak meminta bantuan pihak luar diri. Iman dalam hati dibantu oleh nasihat dan doa dari saudara seiman. Dan nafsu dibantu dengan rayuan setan. Kalau nafsu dan rayuan setan yang jadi pemenang, seorang mukmin tergelincir dalam sebuah kesalahan, kecil atau besar.
Dari situlah kita mengerti kalau seorang mukmin pun bisa melakukan kesalahan. Tapi, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang menyesal dan meminta ampunan.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya dalam surah Ali ‘Imran ayat 135, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Lalu, patutkah kelalaian dan ketergelinciran itu menjadi bahan gunjingan ?. Patutkah keburukan yang kita sebut aib itu disebarkan ?. Sebagian orang mungkin menyebutnya sebagai risiko. “Siapa yang berbuat, harus menanggung akibat!” ucapan itu boleh jadi keluar merespon keburukan yang terjadi pada saudara mukmin. Termasuk mendapat gunjingan isu yang tidak mengenakkan.
Namun, patutkah kalau gunjingan dan menyebarnya aib disebut sebagai hukuman yang setimpal ?. Adilkah mengumumkan aib seseorang sebagai sebuah hukuman ?. Persoalan ini akan meluas ketika berhubungan dengan hukum dan keadilan.
Memang, ada sedikit salah pemahaman antara menyebarkan aib dengan pengumuman hukuman. Menyebarkan aib, apa pun alasannya, tetap terlarang karena bukan itu cara yang dibenarkan Islam. Sementara pengumuman hukuman berkait dengan penegakan hukum dan peringatan buat yang membaca pengumuman. Agar, perbuatan seperti itu jangan pernah dilakukan. Dan dalam hal ini mengandung proses pembelajaran bagi orang lain.
Repotnya ketika sebagian orang lebih enjoy dengan menyebarkan aib sebagai dalih hukuman. Isu dan gosip pun jadi kebiasaan. Aib seorang mukmin menjadi tersebar tak karuan.
Yang jadi pertanyaan, bagaimana mungkin seorang mukmin ringan mengumbar aib saudaranya. Padahal, sudah jelas-jelas Allah swt. melarang menceritakan keburukan sesama mukmin. Firman-Nya dalam surah Al-Hujurat ayat 12, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan seorang mukmin tega mengumbar aib saudaranya.
Pertama
Lemahnya pancaran iman dalam hatinya. Iman yang lemah mengecilkan hubungan mulia antarsesama mukmin. Tidak ada lagi keberpihakan. Tidak ada lagi pembelaan terhadap saudara yang sedang ‘jatuh’. Semua menjadi gersang. Kering.
Kedua.
Tersumbatnya nalar sehat. Nalar yang jernih akan menggiring seorang mukmin melakukan cek dan ricek. Periksa dan tabayun. Karena boleh jadi, kabar yang tersiar berbeda jauh dari fakta yang sebenarnya. Ada bumbu. ada fitnah. Seperti Firman Allah swt. dalam surah Al-Hujurat ayat 6 di atas.
Ketiga.
Lunturnya nilai-nilai sosial dalam diri seseorang. Orang seperti itu biasanya mudah iri, dengki, dan mutung. Persoalan kecil yang sebenarnya bisa selesai dengan saling memaafkan, bisa panjang karena cara berpikir yang kerdil. Cacat yang tergolong biasa pada diri seseorang, diolah, dan disebarkan menjadi masalah besar.
Ada kemungkinan yang lain. Seseorang terhinggapi penyakit merasa serba tahu. Urusan yang sebenarnya masih samar, terlihat seperti jelas. Ia malu kalau orang menganggapnya tidak tahu. Dari situlah, membuat-buat cerita berlangsung cepat. Orang seperti itu pula yang tidak bisa memegang rahasia. Padahal rahasia dalam nilai Islam merupakan amanah. Rahasia besar atau kecil.
Hidup dalam kebersamaan memang sulit seperti rerumputan. Setara, sewarna, dan sederajat. Tapi yakinlah, kebersamaan sesama mukmin jauh lebih mulia dari apa pun. Karena kebersamaan itu selalu dalam gerak. Sedangkan rerumputan senantiasa diam.
Karena itu marilah kita sesama mukmin selalu dalam kebersamaan, tidak selalu menyebar gossip dan aib sesama kita. Mendengarkan atau melihat berita-berita gossip dan aib sesama kita. Marilah kita hidup dalam kebersamaan yang sejuk damai dan penuh pengertia