`Apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain` (QS. Al-Insyirah(94): 7)
Sebagian ahli tafsir menafsirkan ayat ini sebagai berikut, `Apabila kamu (Nabi Muhammad SAW) telah selesai berdakwah, maka beribadahlah kepada Allah SWT.; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia, maka kerjakanlah urusan akhirat; dan ada lagi yang mengatakan, apabila telah selesai dari mengerjakan salat, maka berdoalah.
Setiap orang selalu memiliki momentum yang istimewa dalam menjalani hidup ini. Malahan dalam lingkup keimanan pun momentum yang istimewa itu adalah saat-saat pindahnya seseorang dari kondisi Jahiliyah yang gelap gulita ke kondisi Islam yang terang benderang. Maka, momentum yang paling berharga bagi seorang muslim adalah tatkala ia mampu melakukan perubahan dan perbaikan yang sangat mempengaruhi dirinya.
`Lihatlah dari dunia ini apa yang baik untuk jiwamu, lalu ambillah. Meskipun orang disekitarmu menganggapnya jelek. Dan lihatlah dari dunia ini apa yang buruk bagi jiwamu lalu tinggalkanlah. Kendatipun orang-orang disekitarmu menganggapnya baik` (Salamah bin Dinar)
Coba kita lihat perubahan yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab ra. Bagaimana Umar bin Khaththab dalam melakukan perubahan pada dirinya, yang mana dimasa Jahiliyah adalah orang yang berwatak keras dan tegas. Begitu pun saat ia menjadi seorang muslim, watak keras dan tegas itu tetap ada meski dalam bentuk yang berbeda. Umar dikenal sebagai sahabat yang sangat keras dan membenci kekufuran. Itu sebabnya ia dikenal dengan julukan al-Faruq yang artinya pembeda antara yang haq dan yang batil.
Dan coba kita lihat bagaimana perubahan yang dilakukan Abu Bakar ra. Abu Bakar ra. dimasa Jahiliyah adalah orang yang lemah lembut, begitu pun dikala telah masuk Islam. Abu Bakar tetap memiliki karakter lemah lembut itu. Kelemah lembutan Abu Bakar, sangat di ikat oleh prinsip dan ajaran Islam. Ketika ia menjadi khalifah, Abu Bakar menginstruksikan pasukan Islam untuk berperang melawan orang yang menolak membayar zakat. Disini sangat nampak, bahwa sifat lemah lembut Abu Bakar tidak berarti lembek terhadap hal-hal yang memerlukan ketegasan.
Bagaimana dengan diri kita? Seberapa besar perubahan yang kita lakukan dalam hidup ini. `Demi Allah, harimu sekarang adalah hari dimana harus terkumpul bekal untuk akhiratmu; baik ke surga atau ke neraka. Jika engkau menuju jalan Allah, niscaya engkau akan mendapat kebahagiaan dan keberuntungan besar dalam waktu yang singkat, dan tidak abadi ini. Tapi jika engkau dahulukan syahwat, kesenangan dan main-main, niscaya engkau akan mendapatkan kepahitan yang besar dan abadi. Dimana rasa sakit dan payahnya lebih besar daripada rasa sakit dan kepayahan karena bersabar untuk tidak melanggar apa yang diharamkan Allah.` (Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
Sangat jelas Ibnul Qayyim menjelaskan, bahwa sekaranglah saatnya untuk mengumpulkan bekal untuk akhirat, sebab kalau tidak sekarang, kapan lagi. Seperti halnya perubahan yang harus kita lakukan dalam diri kita sendiri. Setiap saat perubahan itu harus kita lakukan, sehingga kualitas diri kita terus meningkat dan terjaga. Sebab, seperti yang kita tahu bahwa kita (manusia) selalu saja melakukan kesalahan, secara disadari atau tidak. Maka, alangkah baiknya kalau diri kita memperhatikan hadits ini
`Sesungguhnya manusia itu banyak salahnya. Dan sesungguhnya sebaik-baik orang yang banyak salahnya adalah orang yang banyak bertaubat` (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu kalau kita menyadari kelemahan diri kita yang selalu berbuat salah (dosa), Maka, kita harus gigih dalam mengubah diri sendiri supaya manfaat dari perubahan itu bukan hanya dinikmati oleh diri kita sendiri, tapi lingkungan pun akan merasakannya. Pengaruh dari kegigihan yang kita lakukan dalam perubahan/peningkatan kualitas diri sendiri memang tidak akan sepontan dirasakan oleh lingkungan. Tapi percayalah, itu akan lebih membekas dalam hati dan benak orang yang ada di sekeliling kita. Makin lama bekas itu, akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan dan perbaikan kearah yang lebih baik lagi. Ini akan terus berimbas dan akhirnya akan seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar. Dan, kebaikan diri yang dibangun secara individu, secara perlahan bisa menjadi perbaikan kolektif.[]
Sebagian ahli tafsir menafsirkan ayat ini sebagai berikut, `Apabila kamu (Nabi Muhammad SAW) telah selesai berdakwah, maka beribadahlah kepada Allah SWT.; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia, maka kerjakanlah urusan akhirat; dan ada lagi yang mengatakan, apabila telah selesai dari mengerjakan salat, maka berdoalah.
Setiap orang selalu memiliki momentum yang istimewa dalam menjalani hidup ini. Malahan dalam lingkup keimanan pun momentum yang istimewa itu adalah saat-saat pindahnya seseorang dari kondisi Jahiliyah yang gelap gulita ke kondisi Islam yang terang benderang. Maka, momentum yang paling berharga bagi seorang muslim adalah tatkala ia mampu melakukan perubahan dan perbaikan yang sangat mempengaruhi dirinya.
`Lihatlah dari dunia ini apa yang baik untuk jiwamu, lalu ambillah. Meskipun orang disekitarmu menganggapnya jelek. Dan lihatlah dari dunia ini apa yang buruk bagi jiwamu lalu tinggalkanlah. Kendatipun orang-orang disekitarmu menganggapnya baik` (Salamah bin Dinar)
Coba kita lihat perubahan yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab ra. Bagaimana Umar bin Khaththab dalam melakukan perubahan pada dirinya, yang mana dimasa Jahiliyah adalah orang yang berwatak keras dan tegas. Begitu pun saat ia menjadi seorang muslim, watak keras dan tegas itu tetap ada meski dalam bentuk yang berbeda. Umar dikenal sebagai sahabat yang sangat keras dan membenci kekufuran. Itu sebabnya ia dikenal dengan julukan al-Faruq yang artinya pembeda antara yang haq dan yang batil.
Dan coba kita lihat bagaimana perubahan yang dilakukan Abu Bakar ra. Abu Bakar ra. dimasa Jahiliyah adalah orang yang lemah lembut, begitu pun dikala telah masuk Islam. Abu Bakar tetap memiliki karakter lemah lembut itu. Kelemah lembutan Abu Bakar, sangat di ikat oleh prinsip dan ajaran Islam. Ketika ia menjadi khalifah, Abu Bakar menginstruksikan pasukan Islam untuk berperang melawan orang yang menolak membayar zakat. Disini sangat nampak, bahwa sifat lemah lembut Abu Bakar tidak berarti lembek terhadap hal-hal yang memerlukan ketegasan.
Bagaimana dengan diri kita? Seberapa besar perubahan yang kita lakukan dalam hidup ini. `Demi Allah, harimu sekarang adalah hari dimana harus terkumpul bekal untuk akhiratmu; baik ke surga atau ke neraka. Jika engkau menuju jalan Allah, niscaya engkau akan mendapat kebahagiaan dan keberuntungan besar dalam waktu yang singkat, dan tidak abadi ini. Tapi jika engkau dahulukan syahwat, kesenangan dan main-main, niscaya engkau akan mendapatkan kepahitan yang besar dan abadi. Dimana rasa sakit dan payahnya lebih besar daripada rasa sakit dan kepayahan karena bersabar untuk tidak melanggar apa yang diharamkan Allah.` (Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
Sangat jelas Ibnul Qayyim menjelaskan, bahwa sekaranglah saatnya untuk mengumpulkan bekal untuk akhirat, sebab kalau tidak sekarang, kapan lagi. Seperti halnya perubahan yang harus kita lakukan dalam diri kita sendiri. Setiap saat perubahan itu harus kita lakukan, sehingga kualitas diri kita terus meningkat dan terjaga. Sebab, seperti yang kita tahu bahwa kita (manusia) selalu saja melakukan kesalahan, secara disadari atau tidak. Maka, alangkah baiknya kalau diri kita memperhatikan hadits ini
`Sesungguhnya manusia itu banyak salahnya. Dan sesungguhnya sebaik-baik orang yang banyak salahnya adalah orang yang banyak bertaubat` (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu kalau kita menyadari kelemahan diri kita yang selalu berbuat salah (dosa), Maka, kita harus gigih dalam mengubah diri sendiri supaya manfaat dari perubahan itu bukan hanya dinikmati oleh diri kita sendiri, tapi lingkungan pun akan merasakannya. Pengaruh dari kegigihan yang kita lakukan dalam perubahan/peningkatan kualitas diri sendiri memang tidak akan sepontan dirasakan oleh lingkungan. Tapi percayalah, itu akan lebih membekas dalam hati dan benak orang yang ada di sekeliling kita. Makin lama bekas itu, akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan dan perbaikan kearah yang lebih baik lagi. Ini akan terus berimbas dan akhirnya akan seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar. Dan, kebaikan diri yang dibangun secara individu, secara perlahan bisa menjadi perbaikan kolektif.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar